Keutamaan Membaca, Mempelajari dan Mengajarkan al-Qur’an

Oleh: Ust. Ahmad Sabiq Lc.

Al-Qur’an sebuah kitab termulia. Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikannya panduan hidup manusia sampai hari kiamat. Maka Allah dan Rasul-Nya menjadikan membaca, mempelajari, mentadaburi dan mengajarkan al-Qur’an mempunyai keutamaan yang sangat agung dan tak terhingga. Tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Tapi cukuplah mewakilinya –insya Allah– beberapa ayat dan hadits yang menunjukkan keutamaannya. Karena siapakah yang lebih mengetahui keutamaan al-Qur’an bila dibandingkan dengan yang mengucapkannya sendiri? Dan siapakah makhluk yang paling mengetahuinya melainkan seseorang yang diamanahi untuk menyampaikannya kepada umat?

Di antara ayat dan hadits yang menunjukkan keutamaan mempelajari dan mengajarkan al-Qur’an adalah:

Membaca al-Qur`an berarti mengharapkan perniagaan yang tidak merugi

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi. (QS. Fāthir: 29)

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di dalam tafsirnya menyatakan, bahwa yang dimaksud membaca pada ayat ini adalah:
a. Mengikuti perintahnya.
b. Meninggalkan larangannya.
c. Membenarkan dan meyakini beritanya.
d. Tidak mendahulukan yang bertentangan ucapan.
e. Membaca lafazhnya.
f. Mengkaji maknanya.

Yang belajar dan mengajarkan al-Qur’an adalah orang yang paling baik

Diriwayatkan Utsman bin Affan Radhiallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi was salam bersabda,

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ.

“Sebaik-baik kamu sekalian adalah orang yang belajar al-Qur`an dan yang mengajarkannya.” (HR. al-Bukhari: 5027)

Semua yang membaca al-Qur’an mendapat keutamaan; yang mahir maupun yang terbata-bata

Dari Aisyah Radhiallahu ‘anha, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi was salam bersabda:

الْمَاهِرُ بِالْقُرْأنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ، وَ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْأَنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيْهِ، وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ، لَهُ أَجْرَانِ

“Orang yang membaca al-Qur`an dengan mahir, akan bersama Malaikat yang mulia lagi taat, dan orang yang membaca al-Qur`an dengan terbata-bata dan merasa berat, maka ia mendapat dua pahala.” (HR. al-Bukhari: 4937, Muslim: 244)

Subhanallah..! Lihatlah, sampaipun yang masih terbata-bata dalam membaca al-Qur’an, dia mendapatkan pahala, bahkan dua pahala. Pahala bacanya dan pahala susahnya. Apalagi yang mahir, dia akan bersama para malaikat yang mulia.

Tiap huruf dalam al-Qur’an dibalas dengan sepuluh kali kebaikan

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi was salam bersabda,

مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ “الم” حَرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ

“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu kebaikan, dan setiap kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan ‘Alif Lam Mim’ satu huruf, tetapi Alif satu huruf, Lam satu huruf, dan Mim satu huruf.” (Shahih, HR. at-Tirmidzi: 2910)

Bayangkan saat Anda membaca satu ayat saja, berapa pahala yang akan Anda dapatkan?

Perumpamaan golongan orang yang membaca Al- Qur`an

Abu Musa al-Asy’ari Radhiallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi was salam bersabda, “Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al-Qur’an, bagaikan buah utrujjah, harum baunya dan lezat rasanya. Dan perumpamaan orang mukmin yang tidak membaca al-Qur’an, bagaikan buah kurma, tidak harum dan rasanya manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca al-Qur’an, bagaikan bunga raihanah, harum baunya dan pahit rasanya. Dan orang munafik yang tidak membaca al-Qur’an bagaikan buah hanzhalah, tidak harum dan rasanya pahit.” (HR. al-Bukhari: 5427)

Seorang mukmin yang rajin membaca al-Qur`an seperti buah utrujjah, yaitu buah yang aromanya wangi dan rasanya enak. Karena seorang mukmin itu jiwanya bagus, kalbunya juga baik, dan ia bisa memberikan kebaikan kepada orang lain. Duduk bersamanya terdapat kebaikan. Maka seorang mukmin yang rajin membaca al-Qur`an adalah baik seluruhnya, baik pada dzatnya, baik juga untuk orang lain. Sama seperti buah utrujjah

Adapun seorang mukmin yang tidak membaca al-Qur`an, seperti buah kurma. Rasanya enak namun tidak memiliki aroma yang wangi dan harum. Jadi, seorang mukmin yang rajin membaca al-Qur’an jauh lebih utama dibanding yang tidak membaca al-Qur’an. Tidak membaca al-Qur’an, artinya tidak mengerti bagaimana membaca al-Qur’an, dan tidak pula berupaya untuk mempelajarinya.

Perumpamaan seorang munafik, namun ia rajin membaca al-Qur’an adalah seperti buah raihanah; aromanya wangi namun rasanya pahit. Karena orang munafik jelek secara dasarnya jelek, tidak ada kebaikannya. Munafik adalah, orang yang menampakkan dirinya sebagai muslim namun hatinya kafir –wal’iyyadzu billah-. Kaum munafik inilah yang Allah nyatakan dalam firman-Nya (yang artinya):

Di antara manusia ada yang mengatakan, “Kami beriman kepada Allah dan hari akhir,” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah tambah penyakitnya. Dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. (QS. al-Baqarah: 8-10)

Didapati orang-orang munafik yang mampu membaca al-Qur’an dengan bacaan yang bagus dan tartil. Namun mereka hakikatnya adalah para munafik –wal’iyyadzu billah– yang kondisi mereka ketika membaca al-Qur’an seperti yang digambarkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi was salam:

يَقْرَؤُوْنَ الْقُرْآنَ لَا يَتَجَاوَزُ حَنَاجِرَهُمْ

“Mereka rajin membaca al-Qur’an, namun bacaan mereka tidak melewati kerongkongan mereka.”

Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi was salam mengumpamakan mereka dengan tumbuhan raihanah, yang harum aromanya, karena mereka terlihat rajin membaca al-Qur’an, namun tumbuhan tersebut pahit rasanya, karena jelek dan jahatnya jiwa mereka, serta rusaknya niat mereka.

Adapun orang munafik yang tidak rajin membaca al-Qur`an, maka diumpamakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi was salam seperti buah hanzhalah; rasanya pahit dan tidak memiliki aroma wangi. Inilah munafik yang tidak memiliki kebaikan sama sekali. Tidak memiliki aroma wangi, karena memang ia tidak bisa membaca al-Qur’an, di samping jiwanya adalah jiwa yang jelek dan jahat.

Inilah jenis-jenis manusia terkait dengan al-Qur’an. Maka hendaknya engkau berusaha agar menjadi orang mukmin yang rajin membaca al-Qur’an dengan sebenar-benar bacaan, sehingga engkau seperti buah utrujjah, aromanya wangi, rasanya pun enak.

Keutamaan majelis al-Qur`an

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi was salam bersabda,مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ، يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ، وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ

“Tidaklah sesuatu kaum berkumpul di suatu masjid dari masjid-masjid Allah, mereka membaca al-Qur’an dengan mempelajarinya di antara mereka, kecuali akan turun kepada mereka ketenteraman, diliputi dengan rahmat, Malaikat menaungi mereka, dan Allah senantiasa menyebut-nyebut mereka di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya.” (Shahih, HR. Abu Dawud: 1455)

Al-Qur’an akan menjadi syafaat dan pembela bagi pembacanya

Abu Umamah al-Bahili Radhiallahu ‘anhu berkata, “Saya mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi was salam bersabda:

اقْرَءُوا الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لأَصْحَابِه

“Bacalah oleh kalian al-Qur’an. Karena ia (al-Qur’an) akan datang pada hari kiamat kelak sebagai pemberi syafaat bagi orang-orang yang rajin membacanya.” (HR. Muslim: 804)

Dari Abu Umamah al-Bahili juga, beliau mendengar Rasulullah n\ bersabda:

اقْرَءُوا الزَّهْرَاوَيْنِ : الْبَقَرَةَ وَسُورَةَ آلِ عِمْرَانَ؛ فَإِنَّهُمَا تَأْتِيَانِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَأَنَّهُمَا غَمَامَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا غَيَايَتَانِ أَوْ كَأَنَّهُمَا فِرْقَانِ مِنْ طَيْرٍ صَوَافَّ تُحَاجَّانِ عَنْ أَصْحَابِهِمَا، اقْرَءُوا سُورَةَ الْبَقَرَةِ فَإِنَّ أَخْذَهَا بَرَكَةٌ وَتَرْكَهَا حَسْرَةٌ وَلاَ تَسْتَطِيعُهَا الْبَطَلَةُ.

“Bacalah oleh kalian ‘Dua Bunga,’ yaitu surat al-Baqarah dan surat Āli ‘Imrān. Karena keduanya akan datang pada hari kiamat seakan-akan keduanya dua awan besar atau dua kelompok besar kawanan burung yang akan membela orang-orang yang senantiasa rajin membacanya. Bacalah oleh kalian surat al-Baqarah, karena sesungguhnya mengambilnya adalah barakah, meninggalkannya adalah kerugian, dan sihir tidak akan mampu menghadapinya.” (HR. Muslim: 804)

An-Nawwas bin Sam’an Radhiallahu ‘anhu mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi was salam bersabda:

يُؤْتَى بِالْقُرْآنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَهْلِهِ الَّذِينَ كَانُوا يَعْمَلُونَ بِهِ تَقْدُمُهُ سُورَةُ الْبَقَرَةِ وَآلُ عِمْرَانَ تُحَاجَّانِ عَنْ صَاحِبِهِمَا.

“Akan didatangkan al-Qur’an pada hari kiamat kelak dan orang yang rajin membacanya dan senantiasa rajin beramal dengannya. Yang terdepan adalah surat al-Baqarah dan surat Āli ‘Imrān, keduanya akan membela orang-orang yang rajin membacanya.” (HR. Muslim: 805)

Al-Qur’an mengangkat derajat manusia

Umar bin Khaththab Radhiallahu ‘anhu meriwayatkan, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi was salam bersabda:

إنَّ اللهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الكِتَابِ أقْوَاماً وَيَضَعُ بِهِ آخرِينَ.

“Sesungguhnya Allah mengangkat suatu kaum dengan sebab al-Qur’an ini, dan menghinakan kaum yang lainnya.” (HR. Muslim: 269)

Namun ada satu hal penting yang sangat perlu diperhatikan. Yaitu, bahwa dengan segala keutamaan membaca al-Qur’an, ia bukan hanya sekadar untuk dibaca. Namun yang lebih penting dari itu adalah mempelajari, lalu mentadaburi dan mengamalkannya, untuk kemudian mendakwahkannya. Nabi Shallallahu ‘alaihi was salam bersabda:

اَلْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ

“Al-Qur’an itu bisa menjadi hujjah yang membelamu atau sebaliknya, menjadi hujjah yang membantahmu.” (HR. Muslim)

Dalam hadits ini terdapat dalil, bahwa tujuan terpenting diturunkannya al-Qur’an adalah untuk diamalkan. Hal ini diperkuat oleh firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah, supaya mereka mentadaburi (memperhatikan) ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran. (QS. Shād: 29)

“Supaya mereka mentadaburi,” yakni agar mereka berupaya memahami makna-maknanya dan beramal dengannya. Tidak mungkin bisa beramal dengannya kecuali setelah tadabur. Dengan tadabur akan menghasilkan ilmu, sedangkan amal merupakan buah dari ilmu. Wallahu a’lam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.