سُبْحَانَ اللهِ , اَلْحَمْدُ لِلهِ , اَللهُ أَكْبَرُ “Maha Suci Allah, Segala puji hanya milik Allah, Allah Mahabesar.” Bacaan tasbih, tahmid dan takbir tersebut bisa…
Mari Kita Bangun Rumah Di Surga
MARI KITA BANGUN KAMAR DI SURGA
Oleh: Ust. Rifaq Ashfiya’ Lc.
Teks Hadits
عَنْ عَلِيٍّ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ( إِنَّ فِي الْجَنَّةِ غُرَفًا تُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا ، وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا ، فَقَامَ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ: لِمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللهِ ؟ قَالَ: لِمَنْ أَطَابَ الْكَلامَ ، وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ ، وَأَدَامَ الصِّيَامَ ، وَصَلَّى لِلهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ )
Dari Sahabat Ali a\, Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya di surga itu ada kamar-kamar yang dapat dilihat luarnya dari dalamnya, dan dalamnya dari luarnya.” Maka seorang badui berkata, “Untuk siapa itu, wahai Rasulullah?” Beliau berkata, “Untuk orang yang baik perkataannya, memberi makan bagi orang lain, terus-menerus berpuasa (puasa Dawud) dan shalat di malam hari sedangkan manusia sedang tidur nyenyak.”
Takhrij Hadits
Imam at-Tirmidzi: 1984, Imam Ahmad: 1340, Shahih Ibnu Khuzaimah: 1999. Dihasankan oleh al-Albani dalam Shahih Sunan at-Tirmidzi no. 1984.
Faedah Hadits
Di dalam hadits yang mulia ini terdapat beberapa faedah yang bisa kita ambil, di antaranya:
Pertama: Di Surga Terdapat Rumah dan Kamar
Rasulullah ﷺ mengatakan,
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ غُرَفًا تُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا ، وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا
“Sesungguhnya di surga itu ada kamar-kamar yang dapat dilihat luarnya dari dalamnya, dan dalamnya dari luarnya.”
Maka hadits ini sesuai pula dengan yang difirmankan oleh Allah ﷻ yang artinya:
Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikit pun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal (shalih, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di kamar-kamar (dalam surga). (QS. Saba’: 37)
Ibnu Katsir berkata (Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim 3/714), “Maksudnya, rumah-rumah surga yang tinggi dalam keadaan aman dari semua kekerasan, ketakutan, dan gangguan serta seluruh keburukan yang tidak disukai.”
Adapun bagaimana rumah di surga yang telah Allah siapkan untuk orang beriman, maka Rasulullah ﷺ menjelaskan,
الْجَنَّةُ بِنَاؤُهَا لَبِنَةٌ مِنْ فِضَّةٍ وَلَبِنَةٌ مِنْ ذَهَبٍ وَمِلَاطُهَا الْمِسْكُ الْأَذْفَرُ وَحَصْبَاؤُهَا اللُّؤْلُؤُ وَالْيَاقُوتُ وَتُرْبَتُهَا الزَّعْفَرَانُ مَنْ دَخَلَهَا يَنْعَمُ لَا يَبْأَسُ وَيَخْلُدُ لَا يَمُوتُ لَا تَبْلَى ثِيَابُهُمْ وَلَا يَفْنَى شَبَابُهُمْ .
“Bangunan di surga batu batanya dari perak dan dari emas. Tanah lapisannya dari minyak kasturi terbaik sedang lantainya dari mutiara dan batu yaqut, tanahnya adalah za’faran. Siapa yang memasukinya akan mendapatkan kenikmatan yang tidak putus dan kekal yang tidak ada kematian, pakaian mereka tidak rusak serta muda selamanya.” (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi dari Abu Hurairah, Syaikh al-Albani menshahihkannya dalam Shahih al-Jami’ no. 3116)
Kedua: Pentingnya Bertanya
Dalam hadits yang mulia ini terdapat faedah pentingnya bertanya tentang sesuatu yang tidak diketahui, terutama ketika bertanya tentang ilmu, dan anjuran menjawab ketika mengetahui.
فَقَامَ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ: لِمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللهِ ؟
Maka seorang badui berkata, “Untuk siapa itu, wahai Rasulullah?”
Islam adalah agama yang paling sempurna dalam memperhatikan seluruh sisi kehidupan manusia. Karena itu, Allah memerintah kita agar bertanya kepada ahlinya apabila kita tidak tahu. (QS. an-Nahl: 43)
Adapun pertanyaan untuk mencari bimbingan tentang agama, baik masalah ushul (pokok) maupun furu’ (cabang)nya atau perkara-perkara ibadah maupun muamalah, maka ini merupakan sesuatu yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Bahkan hal itu sangat dianjurkan, karena merupakan sarana untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan memahami hakikat syariat ini. Allah ﷻ berfirman yang artinya:
Dan tanyakanlah kepada Rasul-Rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu, “Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah?” (QS. az-Zukhruf: 45)
Allah ﷻ juga telah memerintahkan kita untuk bersikap lemah-lembut kepada orang yang bertanya dan memberikan apa yang dimintanya dengan tidak menghardiknya; sebagaimana dalam QS. adh-Dluha ayat 10.
Ketiga: Anjuran Berbicara yang Baik
Dalam hadits ini beliau ﷺ meneyebutkan ciri-ciri penghuni kamar di surga:
لِمَنْ أَطَابَ الْكَلامَ
“Untuk orang yang baik perkataannya, memberikan makan pada orang lain.”
Allah ﷻ berfirman yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. (QS. al-Ahzab: 70-71)
Diriwayatkan oleh al-Bukhari (hadits no. 10) dari Abdullah bin Umar d\, bahwa Nabi ﷺ bersabda,
الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Seorang muslim adalah yang orang muslim lainnya selamat dari gangguan lisan serta tangannya.”
Hadits di atas juga diriwayatkan oleh Muslim (no. 64) dengan lafazh:
إِنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيِّ الْمُسْلِمِيْنَ خَيْرً قَالَ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah ﷺ, ‘Siapakah orang muslim yang paling baik?’ Beliau menjawab, ‘Seseorang yang muslim lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya.’”
Keempat: Suka Memberi Makan
Rasulullah ﷺ bersabda,
وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ
“Memberikan makan pada orang lain.”
Di dalam al-Qur’an Allah ﷻ juga berfirman :
Dan mereka memberi makanan yang dicintainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. (QS. al-Insan: 8)
Rasulullah ﷺ bersabda,
إِنَّ خَيْرَكُمْ مَنْ أَطْعَمَ الطَّعَامَ.
“Sesungguhnya orang terbaik di antara kalian adalah orang yang memberi makan.” (HR. Ibnu Sa’d dalam ath-Thabaqat 3/227, al-Hakim dalam al–Mustadrak no. 7739, ath-Thabrani dalam al–Kabir no. 7310, dan lainnya. Dinilai hasan-shahih oleh al-Albani dalam Shahih at–Targhib no. 948)
Syaikh al-Albani berkata, “Sesungguhnya di antara perkara yang disesalkan, bahwa kita mulai terpengaruh dengan bangsa Eropa dalam metode hidup mereka, baik yang cocok dengan Islam maupun yang menyelisihinya. Kemudian mulailah mereka (kaum muslimin) tidak memperhatikan perjamuan bagi para tamu dan tidak pula memberikan pikiran bagi hal tersebut kecuali dalam acara-acara resmi. Namun bukan itu yang kita maksudkan. Bahkan bila seorang teman muslim datang kepada kita, maka wajib bagi kita untuk membukakan baginya pintu-pintu rumah kita dan menawarkan kepadanya perjamuan. Itulah haknya atas kita selama tiga hari, sebagaimana telah datang dalam hadits-hadits yang shahih.” (Ash–Shahihah 1/111) Maka di antara keutamaan memberi makan, ialah memberi makan orang yang berpuasa. Rasulullah ﷺ bersabda,
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
“Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. at-Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5/192. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan, bahwa hadits ini shahih)
Sedekah akan menyelamatkan seseorang dari panasnya hari kiamat. Nabi ﷺ bersabda,
كُلُّ امْرِئٍ فِى ظِلِّ صَدَقَتِهِ حَتَّى يُفْصَلَ بَيْنَ النَّاسِ
“Setiap orang akan berada di naungan amalan sedekahnya hingga ia mendapatkan keputusan di tengah-tengah manusia.” (HR. Ahmad 4/147. Syaikh Syu’aib al-Arnauth mengatakan, bahwa sanad hadits ini shahih)
Sedekah akan menambah (berkah) harta. Allah ﷻ membuka pintu rezeki dari harta yang disedekahkan, sebagaimana terdapat dalam hadits,
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
“Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim: 2588)
Sedekah akan menghapus dosa, Rasulullah ﷺ bersabda,
وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ
“Sedekah itu akan memadamkan dosa, sebagaimana air dapat memadamkan api.” (HR. at-Tirmidzi: 2616, Ibnu Majah: 3973. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan, bahwa sanad hadits ini hasan)
Kelima: Banyak Berpuasa
Beliau mengatakan,
وَأَدَامَ الصِّيَامَ
“Terus-menerus berpuasa (puasa Dawud).”
Puasa Dawud adalah melakukan puasa sehari, dan keesokan harinya tidak berpuasa. Rasulullah ﷺ bersabda,
إِنَّ أَحَبَّ الصِّيَامِ إِلَى اللهِ صِيَامُ دَاوُدَ وَأَحَبَّ الصَّلاَةِ إِلَى اللهِ صَلاَةُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ كَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ وَكَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا
“Puasa yang paling disukai di sisi Allah adalah puasa Dawud, dan shalat yang paling disukai Allah adalah shalat Nabi Dawud. Beliau biasa tidur di pertengahan malam dan bangun pada sepertiga malam terakhir dan beliau tidur lagi pada seperenam malam terakhir. Sedangkan beliau biasa berpuasa sehari dan buka sehari.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Keenam: Menjalankan Shalat Malam
Beliau mengatakan,
وَصَلَّى لِلهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ
“Dan shalat di malam hari sedangkan manusia sedang tidur nyenyak.”
Allah ﷻ menganjurkan kepada Nabi-Nya yang mulia untuk melakukan shalat malam. (QS. al-Isra’: 79)
Allah ﷻ pun memuji para hamba-Nya yang shalih yang senantiasa melakukan shalat malam dan bertahajjud. (QS. adz-Dzariyat: 17-18)
Ibnu Abbas d\ mengatakan, “Tak ada satu pun malam yang terlewatkan oleh mereka melainkan mereka melakukan shalat, walaupun hanya beberapa rakaat saja.” (Tafsir ath-Thabari 13/197)
Al-Hasan al-Bashri berkata, “Setiap malam mereka tidak tidur kecuali sangat sedikit.” (Tafsir ath–Thabari 13/200).