سُبْحَانَ اللهِ , اَلْحَمْدُ لِلهِ , اَللهُ أَكْبَرُ “Maha Suci Allah, Segala puji hanya milik Allah, Allah Mahabesar.” Bacaan tasbih, tahmid dan takbir tersebut bisa…
Saksikan, Bahwa Aku Seorang Muslim
Oleh: Ummu Iyas Iffah Nabila – Kalimantan
Sejak kurang lebih 7 tahun silam aku menutup diri dari dunia luar. Aku memang sengaja melakukan itu untuk mendidik jiwaku di atas ketaatan. Orang tuaku memilihkan pesantren sebagai tempat menempa jiwa dan memenjarakan nafsu.
Selama itu tidak ada yang menyibukkan dan mengisi hari-hari kami selain dari menuntut ilmu, siang dan malam. Itulah saat terindah dalam hidupku. Kuisi masa-masa remajaku untuk mencintai-Nya, bukan “si dia”.
Namun makin diri ini dewasa, kepekaan terhadap lingkungan semakin terasah. Dulu aku hanya peduli denganku dan pendidikanku, lambat laun mataku mulai melirik ke sekeliling; teman-teman satu pesantren. Aku merasa seleraku berbeda dengan selera mereka, padahal “santapan hati” kami tiap hari adalah sama. Yang jadi perhatian dan idolaku berbeda dengan beberapa dari mereka, padahal kami di sini tidak pernah diajari kecuali untuk mengagungkan orang-orang shalih yang mulia. Apa-apaan ini…?!
Kepekaan itu mulai benar-benar mengusik hati saat aku mulai masuk ke sebuah organisasi di pesantren (semacam OSIS). Hatiku miris menyaksikan para remaja sekarang yang teracuni oleh virus drama Asia. Mereka mendominasi obrolan mereka untuk itu dan banyak melalaikan waktu mereka hanya karena mengkhayalkan artis-artis Korea.
Hatiku terluka, demikian pula hati seluruh kaum muslimin yang masih memiliki hati yang selamat dengan keadaan remaja sekarang. Kasihan sekali remaja muslim sekarang. Mereka kehilangan sosok idola yang sebenarnya sehingga harus menjadikan orang-orang yang diancam dengan neraka sebagai idola.
Mari Membuka Mata
Sebenarnya mata kita sudah terbuka, tapi nurani kita yang masih tertutup. Kita sudah saksikan bahwa mereka adalah orang yang tak mengenal Allah dan syariat halal haram, tapi kita menutup hati kita untuk membenci mereka.
Tanpa kita ragu kita katakan bahwa menikmati dan mengagumi Drama Asia dan artis-artisnya adalah haram. Mulai dari adegan-adegan cinta (?) berlumur dosa, penampakan aurat, lagu-lagu dan musik haram. Semua itu dan segudang kerusakannya membuat kita harus mengatakan dengan yakin akan keharamannya. Belum lagi yang harus kita yakini, bahwa mereka mengufuri Allah Subhanahu wa Ta’ala yang kita sembah, mereka mengufuri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi was salam yang kita cintai, mereka membenci Islam yang kita banggakan. Inilah keadaan hati mereka yang telah Allah beberkan rahasianya kepada umat Islam dan umat manusia:
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah engkau menjadikan orang-orang selain agamamu sebagai teman dekat. Mereka tidak hentinya menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut-mulut mereka, dan apa yang disembunyikan dalam dada mereka lebih besar. Sungguh Kami telah menjelaskan ayat-ayat kepadamu jika kamu sekalian adalah orang-orang yang berakal. Beginilah kalian, kalian mencintai mereka padahal mereka tidak mencintai kalian. (QS. Ali ‘Imran: 118)
Saudara-saudariku kaum remaja! Apakah kalian tidak takut terseret ke neraka hanya karena kagum dan mengidolakan mereka? Sukakah kita kalau cinta kita berbalas benci? Ingatlah janji Rasulullah Shallallahu ‘alaihi was salam kepada para pencinta, bahwa seseorang pasti akan bersama yang dia cintai.
Ternyata wabah Drama Asia ini tidak sebatas pada kaum remaja saja. Anak-anak SD pun tidak ketinggalan. Sampai-sampai pernah ada guru ngaji yang beberapa kali mendapati nama-nama artis Korea di buku ngaji anak didiknya. Bahkan yang lebih memprihatikan, guru tersebut mendapati novel karangan santri ngajinya yang meniru gaya cerita film-film Korea. Semua ini hasil dari khayalan mereka.
Satu bahaya besar jika penyakit ini didiamkan, yakni Islam akan kehilangan orang-orang yang bangga dengannya. Dan bahaya itu akan kembali kepada umat Islam itu sendiri. Di samping ada bahaya-bahaya lain, seperti menurunnya minat dan kesungguhan para pemuda untuk mendalami ilmu syar’i, karena hatinya sudah dipenuhi oleh khayalan-khayalan syahwat.
Lihatlah, tidakkah kita sedih tatkala anak-anak dan remaja Islam lebih hafal nama artis-artis kafir dan seluk beluk kehidupannya daripada kisah para sahabat dan keharuman sirahnya?!! Siapa yang tidak sedih dan tidak peduli, maka curigailah hatinya!
“Saksikanlah, Bahwa Aku Seorang Muslim!”
Alangkah indahnya teriakan itu. Lihatlah Salman al-Farisi, lelaki Persia itu telah memeluk agama yang sangat dia banggakan. Tidak ada kata rendah diri atau malu untuk mengakui keislamannya. Tatkala ada seseorang bertanya kepadanya, “Siapa engkau?” Dengan lantang dia menjawab lugas, “Aku anak Islam..!”
Ia tak pernah membangga-banggakan Persia, tanah kelahirannya. Padahal Persia adalah negara adidaya pada waktu itu. Dan “persaksian terbaik” tak cukup dengan ucapan. Harus ada hati yang mengikrarkan dan amalan yang membuktikan. Maka sungguh tak tahu malu orang yang mengaku muslim tapi loyal, kagum, dan mengidolakan orang-orang yang mengufuri Allah dan tak mengindahkan aturan halal dan haram.
Kita Memiliki Mereka
Kalau banyak orang yang kagum dengan ketampanan dan kecantikan artis-artis Korea, maka seorang muslim harus bangga karena mereka memiliki Nabi yang ketampanan rupa dan akhlaknya mengalahkan sinar mentari di atas bumi. Dialah seorang yang mulia, putra seorang yang mulia, putra orang yang mulia, putra orang yang mulia. Yusuf bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim ‘alaihimus salam. Beliau keturunan seorang wanita tercantik, istri kekasih Allah dan ibu Nabi Allah, Sarah istri Ibrahim dan ibunda Ishaq. Ini mengingatkan kepada kita, bahwa Islam adalah agama yang sempurna, tak ada yang kurang secuil pun darinya.
Kenapa kita harus mengidolakan yang tampan dan durjana, padahal kita memiliki Nabi yang tampan lagi bertakwa? Dahulu dikatakan:
Kalau kita mengidolakan artis Korea (dan yang semisalnya), kita akan celaka dengan mengikuti mereka. Kita akan ikut-ikutan pacaran, mengumbar aurat dan syahwat serta mengukur seseorang dengan rupa yang bisa saja menipu. Tapi jika yang kita idolakan adalah Nabi Yusuf, kita akan beruntung dengan mengikuti jejak beliau. Di mana beliau tak menjual murah ketampanannya. Beliau jaga kehormatannya di hadapan wanita cantik yang merindukannya, dan dia selalu menghiasi batinnya dengan takwa kepada Rabbnya.
Mudah-mudahan kaum muslimin, khususnya kaum muda, segera sadar untuk tidak mengidolakan dan menikmati tayangan-tayangan yang merusak dari dalam. Semoga mereka segera beralih untuk sibuk mendalami Islam yang sempurna. Karena dengan itu mereka akan mendapatkan kesempurnaan hidup di dalamnya. Amin.