Zainab binti Abi Salamah Radhiallahu ‘anhuma

Zainab binti Abi Salamah Radhiallahu ‘anhuma

Oleh: Usth. Gustini Ramadhani

Dia adalah seorang ulama shahabiyyah mulia, menguasai hadits dan fikih. Bahkan termasuk salah seorang yang paling menguasai hadits dan fikih pada zamannya di Madinah. Ayahnya, Abdullah bin Abdul Asad Radhiallahu ‘anhu seorang sahabat ternama, ia juga saudara sesusu Nabi Shallallahu ‘alaihi was salam. Ibunya, Hindun binti Abi Umayyah Radhiallahu ‘anha pun juga tak kalah terkenalnya di kalangan kaum muslimin. Orang tuanya ini termasuk orang-orang yang pertama kali masuk islam. Dari pernikahan ayah bundanya, keduanya dikaruniai empat orang anak, yaitu: Salamah, Umar, Durrah, dan Zainab yang menjadi qudwah kita kali ini. Karena putra pertama mereka bernama Salamah maka terkenallah mereka dengan gelar Abu dan Ummu Salamah.

 

Orang tua Zainab pernah hijrah ke Habasyah, lalu ke Madinah hingga ayahnya wafat pada tahun ke-4 Hijriah akibat luka yang dideritanya sejak peperangan Uhud. Dan Zainab kala itu masih dalam kandungan ibunya. Saat sang ayah wafat, ibunya mengucapkan doa yang diajarkan Rasulullah pada ayahnya. Doa ini diucapkan saat seseorang tertimpa musibah ditinggal wafat oleh orang yang dikasihi. Nabi memerintahkan Abu Salamah untuk membaca istirja’ (innaa lillaahi wa innaa ilahi raji’un) setelah itu membaca doa berikut, “Ya Allah, berilah aku pahala dalam musibah yang menimpaku dan gantilah dengan yang lebih baik.

 

Setelah masa ‘iddahnya selesai, ibu Zainab; Ummu Salamah dilamar oleh Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin Khaththab Radhiallahu ‘anhuma, namun ia menolak lamaran keduanya. Setelah itu Nabi Shallallahu ‘alaihi was salam pun meminangnya. Awalnya Ummu Salamah juga ragu untuk menerima pinangan Nabi, ia berkata, “Wahai Rasulullah, aku memiliki tiga hal. Sebagai wanita aku sangat pencemburu, aku takut ini akan membuatmu marah dan membuat Allah murka padaku. Aku wanita yang sudah sangat dewasa dan memiliki beberapa anak.” Atas keraguan Ummu Salamah ini, Nabi menjawab, “Tentang kecemburuanmu itu, aku berdoa pada Allah agar menghilangkannya darimu. Tentang usia, aku juga punya masalah serupa. Tentang keluarga, anakmu adalah anakku juga.”

 

Akhirnya Ummu Salamah Radhiallahu ‘anha menerima pinangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi was salam. Dan pada bulan Syawal tahun 4 Hijriah, dalam usia 29 tahun, Ummu Salamah menikah dengan Nabi dan tinggal di rumah Zainab binti Khuzaimah Radhiallahu ‘anha, salah satu istri Nabi yang sudah wafat. Mulai saat itu jadilah Zainab sebagai putri tiri dan ahlu bait Rasulullah. Ya, Zainab adalah termasuk Ahlul Bait! Sebagaimana dikisahkan, bahwa suatu hari ketika turun (surat Hud ayat 73) Rasulullah mengumpulkan al-Hasan dan al-Husain serta ibu mereka, Fatimah dalam kamar beliau. Beliau membaca ayat tersebut berulang kali. Sementara Ummu Salamah dan putrinya, Zainab, duduk bersimpuh. Tiba-tiba Ummu Salamah menangis. Kemudian Rasulullah bertanya kepada Ummu Salamah, “Mengapa engkau menangis?” Ummu Salamah menjawab, “Wahai Rasulullah, engkau mengistimewakan mereka, sementara engkau meninggalkan saya dan anak saya.” Beliau berkata, “Engkau dan putrimu termasuk ahlul bait.

 

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi was salam sangat memperhatikan Zainab dan saudaranya. Ketika pertama sekali memasuki rumah Rasul, Zainab bukan bernama “Zainab”, namun bernama “Barrah”. Dinyatakan dalam hadits shahih riwayat al-Bukhari dan Muslim, dari Zainab binti Abu Salamah, dia berkata, “Namaku adalah Barrah, akan tetapi Rasulullah kemudian memberiku nama Zainab.” (HR. Muslim dalam al-Adab, 14/140)

 

Rasulullah melarang memberi nama anak dengan nama Barrah (wanita yang suci), beliau berkata, “Janganlah kalian mensucikan diri kalian sendiri, Allah Mahamengetahui orang-orang yang suci dari kalian.

 

Demikianlah, asal mula berubahnya nama Barrah menjadi Zainab. Di bawah asuhan sosok teladan sejati inilah Zainab tumbuh dan berkembang hingga ia menjadi wanita yang memiliki keistimewaan yang tak dimiliki oleh wanita manapun.

 

Ketika dewasa, wanita yang pernah disusui oleh Asma’ binti Abi Bakar Radhiallahu ‘anha ini menikah dengan Abdullah bin Zam’ah Radhiallahu ‘anhu dan melahirkan Abdurrahman, Yazid, Wahab, Abu Salamah, Kabir, Abu Ubaidah, Quraibah, Ummu Kultsum, dan Ummu Salamah.

 

Dia meriwayatkan sekitar tujuh hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi was salam. Beberapa orang juga meriwayatkan hadits darinya, seperti Abu Ubaidah bin Abdullah bin Zam’ah, Muhammad bin Atha’, Urak bin Malik, Hamid bin Nafi’, Urwah bin Zubair, Abu Salamah bin Abdurrahman, dan Zainal Abidin Ali bin al-Husain.

 

Zainab adalah sosok wanita cerdas dan penyabar. Ketika ujian menimpanya ia menyerahkan segala urusan dan kesedihannya kepada Allah. Lihatlah sikapnya ketika jenazah kedua anaknya yang dibunuh dengan zalim didatangkan di hadapannya. Zainab berkata, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raji’un…. Demi Allah, sesungguhnya musibah terhadapku pada mereka berdua sungguh amat besar. Padahal kehilangan salah seorang dari mereka berdua sudah merupakan kejadian besar.”

 

Al-Hasan pernah berkata, “Demi Allah, tidak selamat seorang pun di antara mereka yang telah membunuh dua anak Zainab binti Abu Salamah, sedangkan dia (Zainab) merupakan anak yang pernah diasuh oleh Rasulullah.”

 

Dalam kesedihannya Zainab mengharapkan surga, tempat yang paling terbaik bagi kedua putranya. Semenjak itulah ia lebih banyak berdiam dirumah hingga meninggal dunia pada tahun 73 Hijriah.

 

Diriwayatkan, ketika Zainab binti Abi Salamah meninggal dan siap dimakamkan, waktu belum lagi Shubuh. Abdullah bin Umar bin Khaththab Radhiallahu ‘anhuma berkata kepada keluarga Zainab, “Kalian mengerjakan shalat jenazah sekarang. Bila tidak, kalian harus menunggu sampai matahari terbit.”

 

Shalat jenazah diimami oleh Thariq, pemimpin Madinah saat itu. Lalu Zainab binti Abi Salamah dikuburkan di pekuburan Baqi’ setelah Shubuh.

 

Semoga Allah meridhai dan merahmati Zainab, serta ahlu bait Rasulullah… Amin.

Referensi:

  • Al-Ishabah
  • Siyar A’laman-Nubala
  • A’lamun Nisa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.