Adab Berkomentar dan Ujian di Sosial Media

Adab Berkomentar dan Ujian di Sosial Media

ADAB BERKOMENTAR DI SOSIAL MEDIA

Oleh: Ust. Raehanul Bahraen.

Sosial media seolah sudah menjadi kebutuhan pokok saat ini, kebutuhan untuk berinteraksi, berkoordinasi urusan pekerjaan, mencari ilmu sampai sekadar hiburan saja.Tentu saja saling berkomentar dan saling menanggapi menjadi biasa dalam dunia sosial media.Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan dalam berkomentar di sosial media.

 

  1. Tulisan sama hukumnya dengan ucapan dalam syariat.

Sebagaimana kaidah yang disampaikan ulama

اَلْكِتَابَةُ تَنْزِلُ  مَنْزِلَةَ الْقَوْلِ

“Tulisan (hukumnya) sebagaimana ucapan.”

 

Hendaknya tetap berhati-hati ketika berkata-kata melalui tulisan, karena tetap akan dicatat oleh Malaikat dan dipertanggungjawabkan sebagaimana ucapan. Misalnya:

  • Bersumpah atas nama Allahq\ di tulisan, maka tetap berlaku hukum bersumpah.Danjika tidak dilakukan, harus membayar kafarah
  • Mengatakan cerai pada istrinya sambil bermain-main (tidak serius) di Whatsapp, maka tetap jatuh hukum cerai,sebagaimana ucapan.

 

  1. Jangan mencela dan memaki.

Cacimaki dan celaan tidak layak keluar dari lisan seorang muslim, walaupun untuk menanggapi atau membalas komentar kasar orang lain yang kasar dan tidak beradab.

Misalnya:Ada komentar mencela Islam, maka jangan kita balas dengan celaan dan kata-kata kotor lagi. Jangan juga saling memberi gelaran atau cap buruk, misalnya (maaf), “An***g, to**l,” dan sebagainya. Sebaiknya tetap tenang dan tunjukkan akhlak mulia seorang muslim ketika bersosial media.

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَىٰ أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ ۖ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki MENCELA kumpulan yang lain, boleh jadi yang dicela itu LEBIH BAIK dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan mencela kumpulan lainnya, boleh jadi yang dicela itu lebih baik.Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan GELARAN yang mengandung ejekan.Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS. al-Hujurat:11)

Apalagi yang kita cela adalah seorang mukmin,tentu tetap tidak layak kita cela karena bagaimanapun ia adalah saudara kita dalam Islam. Perhatikan sabda Rasulullah n\berikut,

سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوقٌ ، وَقِتَالُهُ كُفْرٌ

“Mencela seorang muslim adalah kefasikan, dan membunuhnya kekufuran.”[1]

Bahkan tidak boleh kita mencela orang kafir, karena saling mencela secara asal tidak ada gunanya.Hal ini ada larangannya, karena jika kita mencela, mereka akanbalas mencela lagi, bahkan mencela agama dan mencela Allah q\ tanpa ilmu. Allah Ta’ala berfirman yang artinya,

Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.(QS. al-An’am: 108)

 

  1. Sebaiknya hindari menasihati seseorang di kolom komentar dan dilihat oleh orang banyak.

Secara psikologis, manusia tidak suka terlihat salah di depan orang banyak. Jika ingin menasihati sebaiknya berikan nasihat empat mata melalui “inbox” atau “private pessage” (PM). Bisa jadi sebenarnya ia menerima kebenaran, akan tetapi “gengsi” mengaku salah dan kalah di depan orang banyak. Iaakan berusaha mencari pembenaran, mengelak serta tidak mengakui kesalahannya. Jika kita lebih memperhatikan adab menasihati, bisa jadi ketika diberikan nasihat dengan cara yang baik, ia akan menerima dengan tulus nasihat tersebut. Bagaimana nasihat akan diterima, apabila disampaikan dengan cara yang tidak baik, disalah-salahkan, dicacimaki di kolom komentar atau di depan publik?!

Ini adalah adab dan akhlak mulia dalam Islam.Imam Jarh wa Ta’dilYahya bin Ma’in v\ mengatakan,

مَا رَأَيْتُ عَلَى رَجُلٍ خَطَأً، إِلَّا سَتَرْتُهُ، وَأَحْبَبْتُ أَنْ أُزَيِّنَ أَمْرَهُ، وَمَا اسْتَقْبَلْتُ رَجُلًا فِي وَجْهِهِ بِأَمْرٍ يَكْرَهُهُ، وَلَكِنْ أُبَيِّنَ لَهُ خَطَأَهُ فِيْمَا بَيْنِيْ وَبَيْنَهُ، فَإِنْ قَبِلَ ذَلِكَ، وَإِلَّا تَرَكْتُهُ

“Tidaklah aku lihat kesalahan seseorang (saudara se-Islam), kecuali aku menutupinya, aku senang untuk memperindah urusan dirinya.Tidaklah aku menjumpai seseorang dengan hal yang dia benci di hadapannya, kecuali aku jelaskan kesalahannya (secara sembunyi-sembunyi), hanya antara aku dan dia. Jika dia menerima penjelasanku (maka itu lebih baik), dan jika dia tidak menerima ucapanku, maka aku membiarkannya.”[2]

 

  1. Sebaiknya dihindari berkomentar dan berbicara dengan lawan jenis yang bukan mahram tanpa kepentingan.

Apabila hanya bercanda tidak ada tujuan dan tanpa kebutuhan darurat, hindari saling berbalas komentar dengan non-mahram.Sudah ada kisah rumah tangga yang hancur dan terjadi perselingkuhan hanya berawal dari iseng-iseng saling berbalas komentar atauchatting, padahal tidak ada kepentingan dan urusan darurat.Hati ini lemah sedangkan fitnah lawan jenis sangat kuat.Terlebih bagi laki-laki yang fitnah terbesarnya adalah wanita (apalagi wanita yang pasang foto dirinya).Wanitajuga lemah dengan kata-kata romantis dan rayuan gombal laki-laki di sosial media.Rasulullah n\bersabda,

مَا تَرَكْتُ بَعْدِى فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

“Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah (cobaan) yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki yaitu (fitnah) wanita.”[3]

 

  1. Hindari mengobrol dan terlalu banyak komentar di sosial media.

Hal ini membuang waktu kita secara sia-sia.Sosial media bisa membuat kita lupa banyak hal dan lalai terhadap tugas-tugas lainnya.Sering sekali keasyikan chatting menyebabkan kita terjerumus dalam hal sia-sia kemudian menuju ke arah maksiat semisal ghibah, mencela atau membicarakan aib saudaranya dan sebagainya.

Terlalu banyak bicara adalah salah satu penyakit hati di samping banyak makan.Al-Fudhail bin ‘Iyadh v\ berkata,

خَصْلَتَانِ تُقَسِّيَانِ الْقَلْبَ:كَثْرَةُ الْكَلاَمِ وَكَثْرَةُ الطَّعَامِ

“Ada dua perkara yang menjadikan hati menjadi keras;terlalu banyak bicara dan terlalu banyak makan.”[4]

 

BEBERAPA UJIAN AGAMA DI DALAM DUNIA MEDSOS

Berikut ini beberapa fitnah dan ujian agama yang sering terjadi pada pengguna sosial media:

  1. Fitnah lawan jenis.

Di Facebook dan dunia maya, orang-orang bebas berinteraksi dan bermuamalah. Bagi mereka yang peduli dengan batasan syariat maka akan patuh dengan aturan syariat, yaitu membatasi dan meminimalkan interaksi lawan jenis yang bukan mahram. Berinteraksi jika ada keperluan yang mendesak saja.Di dunia nyata mungkin mereka akan malu dan tidak berani, tetapi di dunia maya lebih mudah dan tersembunyi.

Fitnah tersebut bisa jadi ‘virus merah jambu’, panah cinta dan khamer asmara yang bisa membuat mengganggu pikiran dan agama seseorang. Fitnah lainnya lagi, berupa perselingkuhan yang berujung perceraian dan kerusakan rumah tangga.Belum lagi kita dengar berita seorang wanita yang diperkosa oleh teman Facebook-nya setelah janjian bertemu, dan berbagai kasus lainnya.

Yang berkata mengenai bahaya fitnah lawan jenis bukan siapa-siapa, tetapi Rasulullah n\.Beliau n\ bersabda,

مَا تَرَكْتُ بَعْدِى فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

“Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah (cobaan) yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki daripada (fitnah) wanita.”[5]
Wanitapun demikian, memiliki perasaan yang sama dan bisa terfitnah oleh laki-laki, memiliki kebutuhan yang sama, terlebih ditambah buai pujian dan janji kosong dari laki-laki.Nabi n\bersabda,

إِنَّمَا النِّسَاءُ شَقَائِقُ الرِّجَالِ

“Sesungguhnya wanita itu saudara kandung laki-laki.”[6]

 

  1. Fitnah gambar dan pandangan.

Di sosial media dan dunia maya, gambar-gambar begitu mudahnya didapati dan terlihat.Pandangan yang bisa memacu syahwat dan melemahkan hati dan iman.Misalnya gambar para wanita atau akhwat yang memajang foto mereka (entah asli atau sudah diedit).Bagi laki-laki yang saat itu imannya tidak kuat, mereka bisa saja menikmati gambar tersebut.Bagi yang sudah mempunyai istri, mereka akan membanding-bandingkan sehingga tidak qana’ah dan bersyukur dengan apa yang ada pada istri mereka.Rasa sayang mereka bahkan bisa berubah menjadi sikap kasar kepada istrinya.

Bahaya pandangan yang haram sudah diingatkan oleh syariat.Ia pun hanya kenikmatan sesaat yang berujung penyesalan dan kegelisahan hati. Rasulullahn\berkata kepada Ali a\,

يَا عَلِىُّ لاَ تُتْبِعِ النَّظْرَةَ النَّظْرَةَ فَإِنَّ لَكَ الأُولَى وَلَيْسَتْ لَكَ الآخِرَةُ

“Wahai Ali, Janganlah kamu ikuti pandangan (pertama) itu dengan pandangan (berikutnya). Pandangan (pertama) itu boleh buat kamu, tetapi tidak dengan pandangan selanjutnya.”[7]

 

  1. Debat kusir dalam masalah agama.

Hal Ini sering terjadi di dunia maya dan dilakukan bagi mereka yang kurang berilmu dan kurang imannya.Dunia maya adalah wadah yang aman bagi mereka yang berjiwa kerdil dan pengecut. Terkadang juga debat disertai kata-kata kasar dan tidak beradab. Hal ini membuang-buang waktu dan tidak bermanfaat, apalagi lawan debatnya adalah orang yang bodoh.Bagaimanapunia akan kalah dan tidak ada jalan keluar jika berdebat dengan orang bodoh.

Hal ini sudah diperingatkan oleh Rasulullah n\, beliau bersabda,

مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ هُدًى كَانُوْا عَلَيْهِ إِلاَّ أُوْتُوْا الْجَدَلَ، ثُمَّ قَرَأَ : مَا ضَرَبُوْهُ لَكَ إِلاَّ جَدَلاً

“Tidaklah sebuah kaum menjadi sesat setelah mereka dulunya berada di atas hidayah kecuali yang suka berdebat, kemudian beliau membaca (ayat),‘Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja.’”[8]

 

Imam asy-Syafi’iv\ berkata,

الْمِرَاءُ فِي الْعِلْمِ يُقَسِّي الْقُلُوبَ وَيُوَرِّثُ الضَّغَائِنَ .

“Berdebat dalam ilmu akan membuat keras hati dan mewariskan dendam.”

 

  1. Kecanduan sosial media membuang-buang waktu.

Mungkin gambaran kecanduannya seperti ini:

  • Setelah shalatShubuh langsung membuka HP, membuka-buka status yang sudah di update tadi malam. Padahal postingan-nya kurang bermanfaat, sekadar curhat atau main-main.
  • Di tempat kerja, ada waktu istirahat sedikit, langsung membuka sosial media, update status saat kerja, terkadang status mengeluhkan pekerjaan, membicarakan atasan, membicarakan hal-hal yang kurang penting.
  • Sore hari setelah istirahat juga langsung buka sosial media lagi.Mencari-cari berita terbaru yang awalnya berniat membuka situs bermanfaat, akan tetapi muncul juga situs yang kurang bermanfaat.Rasa penasaran muncul.Akhirnya, sibuk dengan hal yang kurang bermanfaat. Hasilnyaterlalu sibuk mengikuti perkembangan politik dan artis. “Kasus ini, kasus itu, skandal ini, skandal itu.”
  • Di malam hari sosial media dibuka lagi, mencurahkan uneg-uneg, kejadian dan pengalaman selama sehari. Terkadang mem-postingyang bisa menghapus pahala kita karena riya’, seperti postingansudah melakukan ibadah ini dan itu.

Rasulullah n\ bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالفَرَاغُ

Dua kenikmatan yang sering dilalaikan oleh sebagian besar manusia; yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu luang.”[9]

 

Ibnu Mas’ud a\ berkata,“Tiada yang pernah kusesali selain keadaan ketika matahari tenggelam, ajalku berkurang, namun amalanku tidak bertambah.[10]

Hasan al-Bashri v\ berkata,“Aku menjumpai beberapa kaum, salah satu dari mereka lebih pelit terhadap umurnya (waktunya) dari pada dirham (harta) mereka.”[11]

 

  1. Sering posting status nasihat tetapi tidak berusaha mengamalkan.

Ada sebagian orang yang sering membagikan nasihat dan postinganilmu agama, baik dari dirinya atau share dari status orang lain, akan tetapi ia tidak berusaha melakukan nasihat tersebut, bahkan ia yang melakukan berbagai larangan dalam nasihat tersebut. Sudah banyak sekali nasihat yang ianasihatkan kepada orang lain, akan tetapi ia lupa dengan dirinya sendiri.

Semoga Allah q\ melindungi kita dari hal seperti ini.Karena hal ini ancamannya besar dan keras.Allah Ta’ala berfirman yang artinya,

 

Wahai orang-orang yang beriman,mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan.Hal (itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.(QS. ash-Shaff: 2-3)

 

  1. Malas dan lalai menuntut ilmu agama di majelis ilmu dunia nyata.

Banyaknya sarana untuk mendapatkan ilmu di dunia maya membuat orang merasa cukup.Banyak tulisan-tulisan di web dan blog. Tinggal mencari kata kunci, maka ilmu yang ingin dicari akan didapatkan. Begitu juga dengan link dan rekaman kajian membuat orang merasa malas dan mencukupkan diri dengan menuntut ilmu agama di dunia maya.

Menuntut ilmu agama di dunia maya, tanpa belajar di dunia nyata akanberbahaya bagi mereka yang pemula dan tidak punya dasar ilmu agama yang baik dan benar. Perlu diketahui, bahwa ilmu itu didatangi, bukan ilmu yang datang kepada kita.

اَلْعِلْمُ يُؤْتَى وَ لَا يَأْتِيْ

“Ilmu (agama) itu didatangi bukan ilmu yang mendatangi.”

 

Demikian yang bisa kami susun.Semoga ini menjadi nasihat bagi diri kami pribadi kemudian bisa bermanfaat bagi kaum muslimin.Semoga Allah meluruskan niat kami dalam menulis.

 


[1] HR Bukhari Muslim

[2]Siyar A’laam An-Nubalaa 11/83

[3]HR. al-Bukhari dan Muslim.

[4]Nuzhah al-Fudhala’: 779.

[5]HR. al-Bukhari no.5096 dan Muslim no.7122.

[6]HR. Ahmad no.26195, hasan lighairihi, tahqiq: Syu’aib al-Arnauth.

[7]HR. Abu Dawud no.2134, dihasankan oleh Syaikh al-Albani.

[8]HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah.

[9]HR. al-Bukhari no.6412.

[10]Miftah al-Afkar dan Mausu’ahKhutabalMimbar.

[11] Dinukil dari “WaqtukaHuwaUmruka” Sumber: http://www.saaid.net/female/r166.htm

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.