سُبْحَانَ اللهِ , اَلْحَمْدُ لِلهِ , اَللهُ أَكْبَرُ “Maha Suci Allah, Segala puji hanya milik Allah, Allah Mahabesar.” Bacaan tasbih, tahmid dan takbir tersebut bisa…

Al-Arqam bin Abil Arqam
Al-Arqam bin Abil Arqam Radhiallahu anhu
Oleh: Tim TARJIM
Sahabat TARJIM, semoga kalian masih semangat dalam menuntut ilmu dan beramal shalih. Eh, pernahkah kalian mendengar tentang sebutan “pahlawan tak dikenal”? Memang, ada ya, Kak?
Ada dan nyata! Tidak mungkin semua pahlawan itu namanya terkenal. Pasti ada yang luput dari sorotan sejarah. Tapi, walau kisah mereka tidak tercatat, atau tercatat namun hanya sedikit, tetap mereka adalah para pahlawan yang berjasa besar. Salah satunya adalah tokoh sahabat yang akan kita pelajari kisah hidupnya kali ini. Al-Arqam bin Abil Arqam Radhiallahu anhu.
Al-Arqam sang pemuda Makkah
Namanya adalah al-Arqam bin Asad bin Abdillah al-Qurasyi dari bani Makhzum. Ibu beliau bernama Umaimah binti al-Harits. Al-Arqam termasuk di antara sahabat yang paling awal masuk Islam dan di antara sahabat yang memiliki kedudukan penting di sisi Nabi ﷺ.
Tidak terkenal tak jadi masalah
Mungkin kalian sudah banyak tahu tentang sahabat Rasulullah ﷺ semisal Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Sa’d bin Abi Waqqash atau Abdur-Rahman bin Auf. Mereka adalah sahabat besar dan terkenal dalam sejarah. Tapi, tahukah kalian seorang sahabat yang bernama al-Arqam? Kakak rasa kalian akan kesusahan mencari biografinya, tidak segampang mencari biografi para sahabat semisal Abu Bakar dan yang tersebut di atas tadi.
Lha, emangnya kenapa, Kak? Iya, kita mungkin hanya tahu tentang kisah hidup al-Arqam saat beliau membantu Rasulullah ﷺ dan para sahabat yang baru masuk Islam sebuah tempat untuk berdakwah. Mungkin kita akan menganggap hal itu biasa-biasa saja. Tapi ternyata karena melalui al-Arqam yang tidak terkenal itulah Islam bisa menyebar di kota Makkah.
Di Madinah pun beliau adalah sahabat yang tidak pernah Absen mengikuti perang bersama Nabi ﷺ, dari Badar sampai akhir perang yang diikuti oleh Rasulullah juga. Sahabat al-Arqam juga tidak pernah meminta agar biografi beliau ditulis panjang lebar supaya dikenang oleh orang-orang yang datang setelahnya. Karena beliau tahu bahwa yang paling penting bukan itu, tetapi berapa banyak engkau bisa memberi manfaat terhadap agama dan kaum muslimin. Jadi, tak dikenal di bumi, tak jadi masalah. Toh, Allah ﷻ berjanji akan menyebut hamba-Nya yang berbuat baik di sisi para Malaikat dan makhluk di langit.
Rumah yang berkah
Sudah disinggung tadi, bahwa awal kali Rasulullah berdakwah berada di rumah al-Arqam bin Abil Arqam. Rumah itu tidak seberapa besar, tapi mendapat berkah dari Allah ﷻ. Banyak rumah sahabat yang bisa dijadikan pusat dakwah untuk pertama kali, tapi mengapa Rasulullah ﷺ memilih rumah al-Arqam?
Rumah al-Arqam terletak jauh dari keramaian kota Makkah yang menjadi pusat kunjungan yang ingin beribadah di Ka’bah atau ingin berdagang. Tepatnya di kaki bukit Shafa dalam suasana terpencil. Al-Arqam sendiri adalah seorang Quraisy yang cerdas. Dirinya tidak mau lagi beribadah kepada berhala semisal orang-orang Quraisy lainnya. Maka setelah dirinya menjadi orang ketujuh yang pertama kali masuk Islam, al-Arqam menjadikan rumahnya sebagai markas dakwah Rasulullah hingga terkumpul 40 orang muslim. Rumah yang penuh berkah itu juga sering disebut sebagai “Rumah Islam” karena banyak para sahabat yang pertama kali masuk Islam di rumah tersebut. Termasuk di antaranya adalah Umar bin Khaththab.
Demikianlah peran dari sahabat yang tidak mau menonjolkan dirinya tapi sangat berjasa besar dalam dakwah Islam. Coba bayangkan, seandainya Rasulullah ﷺ memilih rumah Abu Bakar atau rumah beliau sendiri di tengah kota Makkah sebagai markas dakwah, apa yang akan dilakukan oleh orang-orang Quraisy? Bisa saja mereka akan membunuh semua orang yang mengikuti dakwah Rasulullah tersebut. Tapi untunglah, Allah memilihkan rumah al-Arqam yang terpencil dan sama sekali tidak dicurigai oleh orang Quraisy sebagai markas dakwah. Sehingga dengan itu Islam dapat tumbuh terus hingga dibawa hijrah ke Madinah.
Sahabat al-Arqam meninggal pada tahun 53 H dalam usia 80 tahun lebih. Semoga Allah merahmati beliau dan menempatkannya dalam surga-Nya yang luas.
Untuk orang tua dan pendidik:
1. Ajari anak agar selalu menjadi orang yang bermanfaat untuk sesama.
2. Ajari mereka juga agar tidak suka ketenaran, karena ketenaran bisa jadi mengantarkan kita kepada kesombongan.