سُبْحَانَ اللهِ , اَلْحَمْدُ لِلهِ , اَللهُ أَكْبَرُ “Maha Suci Allah, Segala puji hanya milik Allah, Allah Mahabesar.” Bacaan tasbih, tahmid dan takbir tersebut bisa…
Fatimah binti Khaththab
Fatimah binti Khaththab Radhiallahu anha[1]
Oleh: Tim TARJIM
Wanita yang mengislamkan Umar bin Khaththab Radhiallahu anhu
Fatimah adalah saudari Umarbin Kaththab. Seorang wanita terhormat dari kabilah Quraisy. Sedangkan suaminya dalah Sa’id bin Zaid bin Amru, seorang dari sepuluh sahabat yang dijanjikan oleh Rasulullah pasti masuk surga.
Golongan pertama yang beriman dan berbai’at kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam
Fatimah binti Khaththab termasuk para wanita yang pertama kali beriman terhadap ajaran Islam di Makkah. Bahkan keislamannya lebih dahulu daripada suaminya, Sa’id bin Zaid. Tapi, tahukah kalian? Ternyata perjalanan Fatimah dalam menjaga dan memperjuangkan keislamanannya sangatlah sulit.
Saat pertama kali dakwah Rasulullah dimulai di kota Makkah, banyak kaum Quraisy yang memusuhi dengan terang-terangan. Bahkan, korban salah satu kerusuhan yang terjadi adalah Abu Bakar sendiri. Bila yang menjadi korban adalah seorang budak semisal Bilal bin Rabah atau Ammar bin Yasir dan yang semisal mereka berdua tentu menjadi hal yang mungkin dianggap biasa. Karena Bilal, Ammar dan orang semisal mereka tidak memiliki keluarga yang melindungi, lagipula mereka hanya seorang budak.
Tapi kali itu lain. Abu Bakar yang menjadi korban pengeroyokan orang-orang Quraisy. Banyak yang menyangka bahwa Abu Bakar saat itu sudah tak bernyawa saat dibawa pulang. Namun, ternyata beliau masih hidup. Saat Abu Bakar siuman, hal yang pertama kali beliau tanyakan kepada ibunya adalah tentang Rasulullah, “Apa yang dilakukan oleh Rasulullah sekarang?” Ibunya menjawab tidak tahu. Maka Abu Bakar teringat dengan teman seperjuangannya yang bernama Fatimah binti Khaththab. Ia percaya Fatimah mengetahui di mana Rasulullah saat itu berada. Ibunda Abu Bakar pergi ke rumah Fatimah seraya bertanya perihal Rasulullah. Tapi Fatimah enggan menjawab karena takut terjadi apa-apa dengan Rasulullah. Fatimah pun menawarkan untuk bertemu dengan Abu Bakar sendiri. Pergilah mereka berdua menemui Abu Bakar.
Saat Fatimah melihat keadaan Abu Bakar yang terluka parah, dirinya sangat sedih dan berteriak kaget. “Sesungguhnya orang yang melakukan ini kepadamu adalah orang-orang kafir dan jahat. Dan aku berharap kepada Allah agar membalaskan perbuatan mereka terhadapmu”, kata Fatimah. Namun Abu Bakar tetap bertanya, “Di manakah Rasulullah?” Fatimah khawatir bila mengatakan keberadaan Rasulullah akan didengar oleh ibunda Abu Bakar dan akan menyebarkannya kepada orang-orang Quraisy. Abu Bakar pun meyakinkannya bahwa ibunya bisa dipercaya. Maka Fatimah mengatakan, “Jangan khawatir, beliau Shallallahu alaihi wasallam selamat dan sehat.” “Di manakah beliau sekarang?” tanya Abu Bakar lagi. “Beliau berada di rumah al-Arqam bin Abil Arqam”, jawab Fatimah. “Aku berjanji kepada Allah, bahwa aku tidak akan makan ataupun minum sehingga aku bertemu dengan Rasulullah”, kata Abu Bakar.
Fatimah binti Khaththab mengetahui bagaimana khawatirnya Abu Bakar terhadap keselamatan Rasulullah, sebagaimana dirinya juga khawatir. Tapi, keadaan belum memungkinkan untuk mengantarkan Abu Bakar menemui Rasulullah di rumah al-Arqam. Fatimah pun menahan Abu Bakar sementara, menunggu keadaan aman. Maka setelah keadaan menjadi agak tenang, Fatimah dan ibunda Abu Bakar mengantarkannya ke rumah al-Arqam dengan hati-hati untuk menemui Rasulullah.
Demikianlah perjuangan Fatimah menyembunyikan keislamannya saat orang-orang kafir Quraisy berusaha melenyapkan siapa saja yang masih beriman terhadap ajaran Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam. Seandainya keimaman Fatimah tidak kuat, ia tentu akan kembali murtad dan membiarkan Abu Bakar menderita sendiri di rumahnya, dan tidak pernah mengantarkannya ke rumah al-Arqam Radhiallahu anhu. Bisa saja saat Fatimah mengantarkan Abu Bakar ke rumah al-Arqam orang-orang Quraisy menangkapnya, atau bahkan kakaknya sendiri, Umar yang akan membunuhnya. Tapi, Fatimah memang sangat yakin dengan janji Allah yang akan memenangkan golongan yang beriman kepada-Nya dan melindungi mereka dari mara bahaya.
Fatimah mengislamkan Umar bin Khaththab Radhiallahu anhu
Tidak akan pernah ada yang menyangka bahwa Umar bin Khaththab luluh hatinya terhadap Islam karena seorang Fatimah! Hal itu berarti saat Umar berhasil menjadi khalifah dan memperluas daerah kekuasaan Islam serta berhasil mengislamkan orang-orang Persia dan Romawi, Fatimah binti Khaththab secara tidak langsung ikut mendapatkan pahala. Karena melalui tangannya Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan hidayah kepada Umar.
Kisahnya, saat Umar sangat berniat untuk membunuh Rasulullah, tiba-tiba di jalan ia bertemu dengan Nu’aim bin Abdillah. Nu’aim pun merasa heran dengan Umar, mengapa ingin membunuh Rasulullah, padahal keluarganya sendiri sudah ada yang masuk Islam? Maka Umar yang sudah membawa pedang, seketika itu berbalik arah menuju rumah Fatimah dan suaminya, Sa’id bin Zaid.
Di rumah Fatimah ada Sa’id bin Zaid dan Khabab bin al-Art yang tengah membaca surat Thaha. Ketika mereka semua mendengar derap kaki dari luar, segera mereka hentikan bacaan itu. Dan ternyata, orang yang ada di luar adalah Umar!
Tapi, sebelum masuk rumah, Umar sempat mendengarkan surat Thaha yang dibacakan di dalam rumah oleh Fatimah. Walau awalnya Umar tetap berniat untuk menghabisi Fatimah dan keluarganya, tapi bacaan surat Thaha telah membuatnya merasakan keindahan dan kebenaran Islam. Saat itu Umar berkata, “Apakah dari keindahan ini orang-orang Quraisy lari?! Di manakah Muhammad?” Fatimah mengatakan, “Tapi, kau harus berjanji demi Allah. Kau tidak boleh sampai mengeluarkan kata-kata kasar kepada beliau?” Umar pun menyanggupi. Kemudian Khabab, Fatimah dan Sa’id membawa Umar menemui Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam di rumah al-Arqam untuk bersyahadat, tanda masuk Islam.
Untuk orang tua dan pendidik:
- Ingatkan kepada anak agar tidak melupakan seorang yang telah berbuat baik atau berjasa kepada mereka. Dengan itu anak kita tidak akan bersikap sombong.
- Didiklah anak kita dengan meneladani sikap Fatimah yang rela berkorban dan membantu saudaranya. Yaitu saat mengantarkan Abu Bakar yang tengah terluka untuk menemui Rasulullah.
[1]Diringkas dari al-Mutanafisun fi Mahabbati ar-Rasul dan yang lainnya.