Bentuk-Bentuk Pelanggaran dalam Asma’ul Husna

Bentuk-Bentuk Pelanggaran dalam Asma’ul Husna

Assalamu’alaikum, Adik-adik, gimana kabar kalian semua? Alhamdulillah, berkat rahmat dari Allah kakak bisa hadir di pangkuan anak shalih dan shalihah di berbagai penjuru Nusantara. Semoga pertemuan kita diberkahi oleh Allah.

Sobat, pada edisi kali ini kita akan lanjutkan pembahasan kita tentang beberapa contoh penyimpangan atau pelanggaran yang berkaitan dengan asma’ul husna yang pernah terjadi.

Adik-adik, ketahuilah, bahwa banyak di antara kaum muslimin yang mengingkari sebagian atau seluruh nama dan sifat-sifat Allah. Ada juga yang mengubah-ubah makna asli dari asma’ul husna. Nah, untuk lebih jelasnya mari simak beberapa contoh bentuk penyimpangan dan pelanggaran berikut!

 Beberapa contoh bentuk pelanggaran yang berkaitan dengan Asma’ul Husna

Pertama, menggunakan nama Allah untuk tuhan buatannya. Hal ini pernah dilakukan oleh orang-orang musyrik pada zaman Rasulullah diutus. Mereka menamai tuhan-tuhan mereka dengan nama-nama Allah, padahal yang berhak menyandang nama tersebut hanya Allah. Misalnya: Menamai patung mereka dengan al-Laata yang berasal dari lafadz Ilah, ‘Uzza yang berasal dari al-‘Aziz serta Manaat berasal dari al-Mannan. Mereka menamani berhala-berhala itu dengan nama yang mengandung sifat-sifat ketuhanan yang hanya dimiliki Allah q\.

Kedua, menamakan Allah dengan nama yang tidak layak dengan kebesaran-Nya. Hal ini sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang Nasrani yang menamai Allah dengan al-Abb (Bapak). Pemberian nama ini akan mengharuskan adanya Tuhan Ibu atau Tuhan Anak, dan ini sangat bertentangan dengan apa yang ada dalam surat al-Ikhlas. Coba kalian baca surat tersebut dan terjemahannya!

Ketiga, menyifati Allah dengan hal-hal yang menunjukkan kekurangan. Padahal Allah Mahabesar lagi Mahasuci dari segala kekurangan. Hal ini pernah dilakukan oleh orang-orang Yahudi yang mengatakan, bahwa Allah adalah faqir (membutuhkan makhluk). Mereka juga mengatakan, bahwa Allah beristirahat setelah menciptakan alam semesta. Mahasuci Allah dari apa yang telah mereka sifatkan!!

Keempat, menolak makna dari nama-nama Allah dan mengingkari hakikatnya. Mereka menyakini bahwa nama-nama Allah itu hanya lafalnya saja, tidak mengandung sifat dan makna. Mereka menetapkan nama as-Sami’, al-Bashir, al-Hayyu bagi Allah. Namun mereka juga menyakini bahwa itu hanya nama yang tidak mempunyai sifat dan makna. Sehingga mereka mengatakan, tiada pendengaran bagi Allah, tiada penglihatan bagi-Nya, tiada kehidupan bagi-Nya, dan sebagainya.

Kelima, menyerupakan sifat-sifat Allah dengan makhluk-Nya. Mereka menetapkan nama dan sifat bagi Allah, namun menyamakan sifat-Nya dengan sifat makhluk. Pendengaran, penglihatan Allah sama dengan pendengaran dan penglihatan makhluk-Nya. Mahatinggi Allah dari apa yang mereka serupakan!!

Demikianlah beberapa contoh bentuk penyimpangan yang berkaitan dengan asma’ul husna. Golongan yang selamat adalah Ahlussunnah, sebab mereka menetapkan nama dan sifat Allah berdasarkan al-Qur’an dan Sunnah, dengan tanpa mengingkari, mengubah-ubah maknanya serta tidak menyerupakan dengan makhluk-Nya.

Untuk pendidik dan orang tua:

  1. Jelaskan akidah Ahlussunnah yang berkaitan dengan asma’ul husna agar mereka bisa memahaminya dengan benar dan selamat dari berbagai penyimpangan di atas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.