سُبْحَانَ اللهِ , اَلْحَمْدُ لِلهِ , اَللهُ أَكْبَرُ “Maha Suci Allah, Segala puji hanya milik Allah, Allah Mahabesar.” Bacaan tasbih, tahmid dan takbir tersebut bisa…
Kenali Musuh Sebenarnya Seorang Mukmin
Kenali Musuh Sebenarnya Seorang Mukmin
Oleh: Ust. Rifaq Ashfiya’ Lc.
Ketahuilah, wahai saudaraku, sesungguhnya tujuan Allah ﷻ menciptakan manusia, langit dan bumi, agar kita semua mengetahui kekuasaan Allah, menauhidkan-Nya, dan menaati apa yang menjadi perintahnya. (QS. adz-Dzariyat: 56) Yaitu, bukan karena Allah ﷻ merasa butuh terhadap keberadaan makhluk, sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Katsir .[1]
Allah tidak begitu saja menciptakan manusia, tetapi Dia juga mengutus Rasul dan menurunkan Kitab-Nya sebagai petunjuk bagi manusia. Oleh karenanya, Allah juga menciptakan surga dan neraka. Allah ﷻ berfirman,
رُسُلًا مُّبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ لِئَلَّا يَكُوْنَ لِلنَّاسِ عَلَى اللّٰهِ حُجَّةٌ ۢ بَعْدَ الرُّسُلِ ۗوَكَانَ اللّٰهُ عَزِيْزًا حَكِيْمًا
Rasul-Rasul itu adalah sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, agar tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah setelah Rasul-Rasul itu diutus. Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (QS. an-Nisa’: 165)
Hikmah Allah ﷻ menciptakan keburukan
Allah ﷻ juga menciptakan sesuatu yang jelek, bukan jelek menurut Allah ﷻ, akan tetapi dalam pandangan makhluk. Sebab Nabi ﷺ bersabda,
وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ
“… Dan keburukan bukan berasal dari-Mu.” (HR. Muslim: 1848)
Dan Allah ﷻ berfirman,
قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِۙ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَۙ
Katakanlah, “Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai Shubuh, dari kejahatan makhluk-Nya.” (QS. al-Falaq: 1–2)
Maka, keburukan hanya disandarkan kepada makhluk. Lantas muncullah pertanyaan, “Apakah dalam menakdirkan makhluk-makhluk yang jahat terdapat hikmah?”
Jawabnya, “Ya, di dalamnya terdapat hikmah yang agung.” Kalaulah bukan karena sebab adanya makhluk yang jahat ini, tentunya kita tidak akan mengenal manfaat makhluk yang baik. Serigala misalnya, walaupun badannya kecil, bila dibandingkan dengan unta, tetapi ia mampu memakan manusia, sebagaimana yang Allah gambarkan dalam QS. Yusuf melalui lisan Nabi Ya’qub,
وَاَخَافُ اَنْ يَّأْكُلَهُ الذِّئْبُ
Dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala. (QS. Yusuf: 13)
Sebagaimana yang telah kita ketahui pula, bahwa seekor unta tidak mungkin memakan manusia. Bahkan seekor unta yang kuat dan besar badannya pun akan tunduk kepada perintah anak kecil. Allah ﷻ berfirman,
اَوَلَمْ يَرَوْا اَنَّا خَلَقْنَا لَهُمْ مِّمَّا عَمِلَتْ اَيْدِيْنَآ اَنْعَامًا فَهُمْ لَهَا مَالِكُوْنَ ,وَذَلَّلْنٰهَا لَهُمْ فَمِنْهَا رَكُوْبُهُمْ وَمِنْهَا يَأْكُلُوْنَ
Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan binatang ternak untuk mereka, yaitu sebagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya? Dan kami tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka. Maka sebagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebagiannya mereka makan. (QS. Yasin: 71–72)
Amatilah hikmah yang sangat agung pada unta, ciptaan Allah, yang memiliki badan besar. Allah ﷻ telah memerintahkan kita untuk bertadabur (merenungkan dan mengambil pelajaran) terhadapnya, sebagaimana firman-Nya,
اَفَلَا يَنْظُرُوْنَ اِلَى الْاِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْۗ
Maka apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana unta diciptakan? (QS. al-Ghasyiyah: 17)
Siapa yang dimaksud sebagai orang mukmin?
Dalam al-Qur’an, Allah ﷻ menyebutkan, bahwa orang mukmin yaitu orang yang mengakui dan mengimani semua pokok akidah, menginginkan dan melakukan apa yang Allah suka dan ridhai, meninggalkan semua perbuatan maksiat dan bergegas untuk bertaubat dari perbuatan dosa yang dia lakukan. Allah ﷻ juga menyebutkan, bahwa keimanan mereka memberikan dampak positif pada akhlak, perkataan dan tindakan mereka.
Allah ﷻ juga telah menyebutkan sifat kaum mukminin, yaitu yang beriman kepada semua rukun iman, mendengar dan taat serta patuh, baik secara lahir maupun batin. Firman-Nya:
اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ الَّذِيْنَ اِذَا ذُكِرَ اللّٰهُ وَجِلَتْ قُلُوْبُهُمْ وَاِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ اٰيٰتُهٗ زَادَتْهُمْ اِيْمَانًا وَّعَلٰى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُوْنَۙالَّذِيْنَ يُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَۗاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ حَقًّاۗ لَهُمْ دَرَجٰتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَّرِزْقٌ كَرِيْمٌۚ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah , gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya keiman mereka bertambah, dan hanya kepada Rabblah mereka bertawakal. (Yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Rabb mereka dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia. (QS. al-Anfal: 2-4)
Musuh nyata seorang mukmin
Allah ﷻ menciptakan makhluk dengan kuasa-Nya, kemudian dengan anugerah-Nya Allah ﷻ memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki. Dan dengan keadilan-Nya, Allah sesatkan siapa yang dikehendaki. Semua ini tertulis pada Lauhul Mahfuzh. Allah ﷻ berfirman:
هُوَ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَّمِنْكُمْ مُّؤْمِنٌۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ
Dia-lah yang menciptakan kamu maka di antara kamu ada yang kafir dan di antaramu ada yang mukmin. Dan Allah Mahamelihat apa yang kamu kerjakan. (QS. at-Taghabun: 2)
Allah ﷻ menjelaskan tentang musuh orang mukmin yang sebenarnya di dalam ayat-Nya:
اِنَّ الْكٰفِرِيْنَ كَانُوْا لَكُمْ عَدُوًّا مُّبِيْنًا
Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh kalian yang nyata. (QS. an-Nisa’: 101)
Begitu juga dengan firman Allah:
وَاللّٰهُ اَعْلَمُ بِاَعْدَاۤىِٕكُمْ ۗوَكَفٰى بِاللّٰهِ وَلِيًّا ۙوَّكَفٰى بِاللّٰهِ نَصِيْرًا
Allah lebih mengetahui (daripada kalian) tentang musuh-musuh kalian. Cukuplah Allah menjadi Pelindung kalian. Cukuplah Allah menjadi Penolong kalian. (QS. an-Nisa’: 45)
Musuh orang mukmin telah ada sejak dahulu kala. Semua para Nabi, Allah telah jadikan musuh bagi mereka, sebagaimana dalam firman-Nya:
وَكَذٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيٰطِيْنَ الْاِنْسِ وَالْجِنِّ يُوْحِيْ بَعْضُهُمْ اِلٰى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوْرًا ۗوَلَوْ شَاۤءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوْهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُوْنَ
Demikianlah Kami menjadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin; sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Rabbmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (QS. al-An‘am: 112)
Kebencian orang kafir
Tak henti-hentinya orang-orang kafir membuat makar dan menipu kaum muslimin, mereka berusaha mencelakakan dan merampas kenikmatan dari kaum muslimin. Mereka berpura-pura amanah, berperilaku dan berperangai terpuji supaya bisa mengambil manfaat di balik semua ini. Namun Allah ﷻ pasti membongkar kedok mereka, sebagaimana dalam firman-Nya:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوْا بِطَانَةً مِّنْ دُوْنِكُمْ لَا يَأْلُوْنَكُمْ خَبَالًاۗ وَدُّوْا مَا عَنِتُّمْۚ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَاۤءُ مِنْ اَفْوَاهِهِمْۖ وَمَا تُخْفِيْ صُدُوْرُهُمْ اَكْبَرُ ۗ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil orang-orang yang di luar kalanganmu menjadi teman kepercayaanmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemadharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. (QS. Ali ‘Imran: 118)
Mereka membungkus kedustaan dengan kejujuran, khianat dengan amanah, sering membela kebatilan dan menyembunyikan kebenaran. Meski tipu daya mereka terhadap kaum muslimin sangat luar biasa, namun Allah ﷻ tak akan tinggal diam. Allah pasti akan menghancur-leburkan tipu daya mereka serta akan menghinakan mereka. Maka dengan ini Allah melarang Rasul-Nya untuk menaati orang-orang kafir. Allah ﷻ berfirman:
يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ اتَّقِ اللّٰهَ وَلَا تُطِعِ الْكٰفِرِيْنَ وَالْمُنٰفِقِيْنَ
Hai Nabi, bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu menuruti (keinginan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik. (QS. al-Ahzab: 1)
Karena ilmu mereka hanya sebatas dunia. Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah v\ mengatakan, “Seluruh amalan dan urusan orang kafir pasti ada cacatnya, sehingga manfaatnya tidak pernah maksimal.” Karena orang-orang kafir tidak mengetahui ilmu akhirat, sebagaimana Allah ﷻ jelaskan:
يَعْلَمُوْنَ ظَاهِرًا مِّنَ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۖ وَهُمْ عَنِ الْاٰخِرَةِ هُمْ غٰفِلُوْنَ
Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai. (QS. ar-Rum: 7)
Mereka hidup penuh kebingungan dan kebimbangan. Tujuan yang selalu mereka kejar dalam hidup hanya sebatas bersenang-senang, makan dan minum, tanpa peduli halal dan haram.
Orang-orang kafir itu mayoritas selalu menghalangi perbuatan baik, tidak bisa berterima kasih dan gemar mengonsumsi barang haram. Allah ﷻ berfirman:
يَعْرِفُوْنَ نِعْمَتَ اللّٰهِ ثُمَّ يُنْكِرُوْنَهَا وَاَكْثَرُهُمُ الْكٰفِرُوْنَ
Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir. (QS. an-Nahl: 83)
Yahudi musuh agama
Sebagian manusia mengatakan hal berikut, “Janganlah membenci Yahudi, karena semua Rasul berasal dari bangsa ini, kecuali Muhammad. Jadi, seharusnya kita yang patut curiga, mengapa Muhammad yang berbeda?!”
Janganlah heran. Bukankah Allah ﷻ memang sudah memperingatkan kita? Dalam firman-Nya:
وَاِذَا قَرَأْتَ الْقُرْاٰنَ وَّجَعَلْنَا عَلٰى قُلُوْبِهِمْ اَكِنَّةً اَنْ يَّفْقَهُوْهُ وَفِيْٓ اٰذَانِهِمْ وَقْرًاۗبَيْنَكَ وَبَيْنَ الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ بِالْاٰخِرَةِ حِجَابًا مَّسْتُوْرًاۙوَّجَعَلْنَا عَلٰى قُلُوْبِهِمْ اَكِنَّةً اَنْ يَّفْقَهُوْهُ وَفِيْٓ اٰذَانِهِمْ وَقْرًاۗ
Dan apabila engkau membaca al-Qur’an di hadapan mereka, Kami jadikan antara engkau dan di antara mereka yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu tirai yang tertutup. Dan Kami adakan tutupan di atas hati mereka dan sumbat telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya. (QS. al-Isra’: 45-46)
Permusuhan kita, kaum muslimin, dengan Yahudi adalah permusuhan yang terjadi semenjak dahulu kala, semenjak pemerintahan Islam pertama berdiri di Madinah al-Munawarah dengan Rasul Muhammad ﷺ sebagai pemimpinnya serta untuk seluruh manusia. Allah ﷻ telah menjelaskan kepada kita tentang hakikat kedengkian Yahudi dan permusuhan mereka terhadap umat Islam, umat Tauhid:
لَتَجِدَنَّ اَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوا الْيَهُوْدَ وَالَّذِيْنَ اَشْرَكُوْاۚ
Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik …. (QS. al-Ma’idah: 82)
Lihatlah, bagaimana Allah mendahulukan Yahudi daripada orang-orang musyrik dalam hal permusuhan (terhadap umat Islam), padahal kepercayaan orang kafir adalah satu, hanya saja mereka berbeda-beda tingkatan dalam permusuhan mereka terhadap umat Muhammad ﷺ.
وَلَنْ تَرْضٰى عَنْكَ الْيَهُوْدُ وَلَا النَّصٰرٰى حَتّٰى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. (QS. al-Baqarah: 120)
Semenjak awal kali kaum muslimin menghirup udara Islam, orang-orang Yahudi telah melakukan permusuhan terhadap umat Islam dan Nabi mereka. Nabi kita, Muhammad ﷺ, tidak luput dari gangguan orang-orang Yahudi. Mereka telah berusaha membunuh Nabi Muhammad ﷺ tiga kali, (Pertama) mereka berusaha menimpakan batu ke atas kepala Nabi Muhammad ﷺ, (Kedua) mereka meletakkan racun dalam (makanan) yaitu paha kambing, untuk beliau, (Ketiga) ketika Labid bin al-A’sham al-Yahudi –semoga laknat Allah ditimpakan kepadanya– menyihir Nabi.
Permusuhan yang abadi
Permusuhan orang kafir dari ahli kitab, kaum musyrikin, dan orang munafik terhadap orang mukmin akan tetap ada sampai datangnya hari kiamat. Begitu pula konflik antara kebenaran dan kebatilan akan terus ada. Allah ﷻ berfirman,
وَلَا يَزَالُوْنَ يُقَاتِلُوْنَكُمْ حَتّٰى يَرُدُّوْكُمْ عَنْ دِيْنِكُمْ اِنِ اسْتَطَاعُوْا ۗ وَمَنْ يَّرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِيْنِهٖ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَاُولٰۤىِٕكَ حَبِطَتْ اَعْمَالُهُمْ فِى الدُّنْيَا وَالْاٰخِرَةِ ۚ وَاُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ
Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. (QS. al-Baqarah: 217)
Sesungguhnya orang-orang kafir itu tak menginginkan sesuatu melainkan agar seluruh umat manusia berada dalam satu barisan bersama mereka, yaitu barisan kekafiran. Allah ﷻ menjelaskan:
وَدُّوْا لَوْ تَكْفُرُوْنَ كَمَا كَفَرُوْا فَتَكُوْنُوْنَ سَوَاۤءً
Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). (QS. an-Nisa’: 89)
Allah ﷻ juga telah mengabarkan kepada kita akan kebencian orang kafir terhadap kaum muslimin:
مَا يَوَدُّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ وَلَا الْمُشْرِكِيْنَ اَنْ يُّنَزَّلَ عَلَيْكُمْ مِّنْ خَيْرٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗ وَاللّٰهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيْمِ
Orang-orang kafir dari ahli kitab dan orang-orang musyrik tiada menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan kepadamu dari Rabbmu. Dan Allah menentukan siapa yang dikehendaki-Nya (untuk diberi) rahmat-Nya (kenabian); dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS. al-Baqarah: 105)
Jadilah penolong agama Allah ﷻ
Ketika kaum kafir dan munafik terus berkonspirasi untuk memalingkan kaum mukminin dari kebenaran dan berupaya memadamkan cahaya-Nya, selama itu pula kaum mukminin dituntut untuk menjadi penolong agama Allah. Pertarungan antara yang haq dan yang batil pun terus berlangsung. Namun Allah berjanji akan mengokohkan kaum mukminin serta memenangkan mereka. Islam pun dijadikan-Nya mengungguli yang lain, cahaya-Nya Dia sempurnakan. Allah ﷻ berfirman:
يُرِيْدُوْنَ لِيُطْفِـُٔوْا نُوْرَ اللّٰهِ بِاَفْوَاهِهِمْۗ وَاللّٰهُ مُتِمُّ نُوْرِهٖ وَلَوْ كَرِهَ الْكٰفِرُوْنَ
Mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, sementara Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya. (QS. ash-Shaff: 8)
Firman-Nya yang lain:
فَاَيَّدْنَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا عَلٰى عَدُوِّهِمْ فَاَصْبَحُوْا ظَاهِرِيْنَ
Kami memberikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman atas musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. (QS. ash-Shaff: 14)
Sementara itu, kelak mereka di akhirat mendapatkan siksaan yang pedih di neraka akibat perbuatan yang mereka pilih itu.
وَيَوْمَ يُحْشَرُ اَعْدَاۤءُ اللّٰهِ اِلَى النَّارِ فَهُمْ يُوْزَعُوْنَ
(Ingatlah) hari (ketika) musuh-musuh Allah digiring ke dalam neraka lalu mereka dikumpulkan semuanya. (QS. Fushshilat: 19)
Wallahu a’lam.
Sumber:
- Kitab Ushuluddin al-Islami karya Syaikh Muhammad bin Ibrahim at-Tuwaijiri
- Majalah al-Ashalah edisi 30, hal.5-6, Penerjemah Abu Hasan Arif
- Al-Jama’at al-Islamiyyah fi Dhau’il Kitab was Sunnah, karya asy-Syaikh Salim Al-Hilali,
- http://www.binbaz.org.sa/article/173
[1] Lihat Tafsir Ibn Katsir , (4/239)