Pengobatan Hati Dan Penyakit Badan

Pengobatan Hati dan Penyakit Badan 
Oleh: Abu Urwah

Para pembaca yang dirahmati Allah ﷻ,alhamdulillah pada edisiyang telah lalu sudah kita bahas tentang macam-macam penyakit hati.Insya Allah, pada edisi ini kita akanlanjutkan pembahasan tersebut dengan masalah pengobatan hati dan seputar masalah dasar-dasar ilmu pengobatan badan.

Pengobatan Hati

Hati yang sakit ataupun hati yang mati tidaklah bisa diobati kecuali dengan jalan keimanan. Dengan keimanan hati akan menjadi sehat (salim). Begitu pula dengan keimanannya, hati akan bertambah kuat. Allah ﷻ berfirman yang artinya:

Sesungguhnya orang-orang yang beriman (sempurna imannya) ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Allahlah mereka bertawakal (berserah diri). (QS. al-Anfal: 2)

Al-Qur’an dan  petunjuk Rasulullahn\ adalah obat dari penyakit dan kematian hati. Hal ini sangat tampak dari sebagian kisah kehidupan para sahabatf\, semisal sahabat Umar bin Khaththab a\.Dengan keimanan, penyakit hati pada masa jahiliahnya bisa disembuhkan, bahkan mengantarkan kepada jajaran kedudukan sahabat yang termulia.Allah ﷻ berfirman yang artinya:

Dan apakah tidak cukup bagi mereka, sungguh Kami telah menurunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) yang dibacakan kepada mereka?Sesungguhnya di dalam al-Qur’an itu terdapat rahmat dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.(QS. al-‘Ankabut: 51)

Firman-Nya:

Dan Kami turunkan dari al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.(QS. al-Isra’: 82)

Imam Ibnul Qayyim v\berkata, “Adapun penyakit hati, maka pengobatannya diserahkan kepada para Rasul. Tidak ada jalan lain untuk kesembuhan hati kecuali dengan (meniti) jalan dan petunjuk dari paraRasul. Sesungguhnya hati yang baik adalah hati yang senantiasa mengenal Rabb dan Penciptanya, hati yang senantiasa mengenal asma’ dan sifat-Nya, hati yang senantiasa mengenal perbuatan-perbuatan dan hukum-hukum-Nya,hati yang senantiasamemiliki keterikatanuntuk selalu menggapai hal-hal yang diridhaiserta dicintai-Nya.Begitu pula hati yang senantiasa terpengaruh untuk selalu menjauhi segala sesuatu yang dilarang dan yang dimurkai oleh-Nya. Maka tidak adasama sekali kesehatan dan kebaikan hati kecuali dengan melalui jalan tadi, dan tidaklah ada jalan untuk memperbaiki kerusakan hati kecuali dengan jalan dan petunjuk dari para Rasul. Dan seandainya ada anggapan bahwa baik-buruknya hati bisa di raih tanpa mengikuti jalan dan petunjuk para Rasul, maka sungguh anggapan itu anggapan yang keliru.Karena sesungguhnya kehidupan dan kesehatan hati yang tidak sesuai dengan jalan dan petunjuk para Rasul maka itu hanyalah kehidupan, kesehatan dan kekuatan hati yang penuh dengan hasrat hewani semata, yang mana hatinya selalu dipenuhi dengan syahwat dan kehidupan, kesehatan serta kekuatan hati yang sebenarnya telah terabaikan.

Oleh sebab itu, siapa saja yang tidak mampu membedakan antara kehidupan hati, kesehatan hati dan kekuatan hati yang sesungguhnya dengan kehidupan hati, kesehatan hati dan kekuatan hati yang penuh dengan hasrathewani, hendaknya dia menangisi kehidupan hatinya diri-sendiri.Karenasaat ini hatinya sudah mati, begitu pula dengan cahaya hatinya juga sudah mati; tenggelam dalam lautan kegelapan.”[1]

Dr. Adil Azhari, dalam catatan kaki ath-Thibb an-Nabawiy berkata, “Sesungguhnya iman kepada Allah dan para Rasul, yaitu akidah yang tertanam dalam hati, merupakan solusi dari pengobatan yang terpenting bagi hati, yakni bagi hati yang berpenyakit jiwa.”[2]

Insya Allah, permasalahan ini sudah jelas.Penjelasanlebih detailakandapat kita jumpai dalam pembahasan tentang pengobatan penyakit asmara.Oleh sebab itu, kita cukupkan ulasannya sampai di sini agar tidak terulang.Dengan demikian,berakhirnya pembahasan ini (ilmu dasar pengobatan hati) maka pembahasan penyakit hati kami anggap sudah selesai.Marikita lanjutkan pembahasan Imam IbnulQayyim v\ menujupembahasan berikutnya, yakni tentang penyakit badan dan pengobatannya.

Pengobatan Badan

Sebagaimana penyakit hati,penyakit badan juga disebutkan dalam al-Qur’an. Salah satunya, sebagaimana yang terdapat dalam suratan-Nur ayat 61.Allah ﷻ menyebutkan contoh penyakit badan,semisal buta, pincang dan orang sakit.Allah ﷻ berfirman:

Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit. (QS.an-Nur: 61)

Kaidah Ilmu Pengobatan Penyakit Badan

Disamping Allah ﷻmenyebutkan tentang adanya penyakit badan, Allah ﷻ juga menyebutkan tentang sebagian kaidah pengobatan badan. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh imam Ibnul Qayyim v\,“Bahwasanya kaidah-kaidah pengobatan badan itu ada 3 macam; Pertama,menjaga kesehatan;Kedua,berpantang dari hal-hal yang membahayakan tubuh;Ketiga, mengeluarkan zat-zat yang telah rusak dari dalam tubuh. Ketiga kaidah ini telah Allah sebutkan dalam tempat di ayat yang berbeda.”[3]

Menjaga Kesehatan

Berkenaan dengan kaidah penjagaan kesehatan Allah Azza wajala telah bersabda:

Barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. (QS.al-Baqarah: 184)

Imam Ibnul Qayyim berkata,“Allah membolehkan tidak berpuasa bagi orang yang sakit, dikarenakan  udzur sakit. Demikian pula Allah membolehkan orang yang sedang safar (pergi jauh) untuk tidak berpuasa demi menjaga kesehatan dan menjaga stamina tubuhnya. Tidak berpuasa saat safar ini dilakukan karena dikhawatirkan jika berpuasa saat safar, puasa akan menghilangkan kesehatan dan stamina tubuh. Berhubung orang yang safar[4] banyak mendapati aktivitas-aktivitas yang berat, yang mana aktivitas-aktivitas yang berat ini mengharuskan seseorang untuk mendapatkan suntikan-suntikan energi, namun jika suntikan energi ini tidak ada lantaran tidak adanya makanan yang masuk, tentu proses tubuh akan terganggu. Tubuh menjadi lemas dan loyo.Oleh sebab itu, Allah ﷻ membolehkan orang yang sedang bepergian jauh tidak berpuasa sebagai bentuk penjagaan kesehatan dan stamina tubuh dari hal-hal yang dapat melemahkannya.”[5]

Berpantang dari Hal yang Membahayakan Tubuh (Himyah)

Berkenaan dengan pemeliharaan tubuh atau berpantang dari hal yang membahayakan badan, Allah ﷻ berfirman:

Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau kembali dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci). (QS.an-Nisa’: 43)

ImamIbnul Qayyim berkata,“Orang yang sakit diperbolehkan untuk berpaling dari penggunaan air saat bersuci dengan menggunakan debu, hal ini dilakukan oleh orang sakit dengan tujuan sebagai bentuk penjagaan kesehatan dari hal-hal yang membahayakan tubuh.Yang seperti ini merupakan tanbih(peringatan) tentang adanya himyah (penjagaan diri) dari segala sesuatu yang dapat membahayakan tubuh baik dari membahayakan tubuh dari dalam maupun dari luar tubuh.”[6]

Mengeluarkan Unsur Tubuh yang Sudah Rusak

Berkenaan dengan kaidah istifraghu radi’, mengeluarkan zat yang sudah rusak, Allah ﷻ berfirman:

Jika ada di antaramu ada yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. (QS.al-Baqarah: 196)

Imam Ibnul Qayyim berkata,“Diperbolehkan saat haji -bagi orang yang sakit atau orang yang ada gangguan di kepalanya, seperti gangguan kutu, gatal (penyakit kulit) dan yang semisalnya- untuk mencukur rambutnya saat sedang ihram, dengan tujuan mengeluarkan uap-uap panas  yang jelek di kepala, yang mana uap-uap yang panas ini lazimnya menimbulkan gangguan di kepala jika uap panas ini mengendap di bawah rambut. Oleh sebab itu, jika rambut kepala dicukur maka pori-pori kulit kepala akan terbuka dan uap-uap panas kepala akan keluar dengan sendirinya. Yang seperti ini adalah pengeluaran zat kotor kepala, pengeluaran yang seperti ini bisa dikiaskan dengan segala bentuk proses pengeluaran zat-zat yang berbahaya jika mendekam dalam tubuh.

Dan hal-hal yang membahayakan tubuh jika dibiarkan mendekam pada tubuh itu ada 10 macam: darah yang bergolak, mani yang bergolak, air kencing, kotoran berak, angin, muntah, bersin, tidur, lapar, dan rasa haus dahaga.Masing-masing dari sepuluh hal ini jika ditahan tidak dikeluarkan, dapat menimbulkan penyakit. Oleh sebab itu, Allah telah memperingatkan agar kita mengeluarkan zat berbahaya  yang paling ringan sekalipun dari dalam tubuh kita, yakni uap-uap panas yang mengendap di bawah rambut.Tentunyakita lebih dituntut untuk mengeluarkan  dari tubuh kita dari hal-hal yang lebih sulit dari uap-uap kepala ini. Hal ini sebagaimana metode pengajaran dalam al-Qur’an‘memperingatkan dari hal-hal yang lebih rendah untuk mengingatkan dari hal-hal yang lebih besar.’”[7]

Allah telah mengajarkan kepada hamba tiga formula kaidah dasar pengobatan, yang mana kaidah ini bisa lebih dalam digali, dikembangkan dan diterapkan dalam ilmu pengobatan.Demikianlah yang bisa kami sampaikan dari penjabaran pembahasan kitab ath-Thibb an-Nabawiy karya Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah v\.Insya Allah,kita sambung pada edisi yang akan datang dengan pembahasan seputar macam-macam pengobatan badan.


[1]Ath-Thibbun-Nabawiy, terbitan Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah hal. 6.

[2]Ibid.

[3]Ath-Thibb an-Nabawiyhal.5, Darul Kutub al’Ilmiyyah, cetakan ke-3, tahun 2002 M.

[4] Kebanyakan kondisi orang safar zaman dahulu, mungkin hal ini berbeda dengan sebagian kondisi orang bepergian pada zaman sekarang.

[5]Ath-Thibb an-Nabawiyhal.5, Darul Kutub al’Ilmiyyah, cetakan ke-3, tahun 2002 M.

[6]Ath-Thibb an-Nabawiyhal.6, Darul Kutub al’Ilmiyyah, cetakan ke-3, tahun 2002 M.

[7]Ibid.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.