سُبْحَانَ اللهِ , اَلْحَمْدُ لِلهِ , اَللهُ أَكْبَرُ “Maha Suci Allah, Segala puji hanya milik Allah, Allah Mahabesar.” Bacaan tasbih, tahmid dan takbir tersebut bisa…
Suami Istri, kok Beda?
Abu Ammar al-ghoyami
Adakah hal yang tidak wajar bila antara suami dengan istri terdapat perbedaan? Semua kita akan sepakat menjawab, tidak ada. Karena pada dasarnya, wajar saja kalau terdapat perbedaan antara suami-istri. Mengingat mereka berdua mungkin memiliki persepsi yang berbeda dalam melihat masalah. Hal ini bisa dipengaruhi oleh latar belakang ilmu, kepribadian juga pengalaman yang mereka alami. Termasuk bisa disebabkan pola asuh keluarga dari masing-masing pasangan yang sangat mungkin juga berbeda. Pola asuh sendiri juga memberikan kontribusi pada suami atau istri dalam membentuk sudut pandang, berpikir serta mengambil keputusan. Karenanya wajar bila antara suami-istri terdapat perbedaan.
KONDISI JIWA MEMANG BEDA
Semua orang pasti setuju bila dikatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kondisi jiwa yang berbeda. Kondisi jiwa seseorang secara aktif sangat berpengaruh pada cara memahami, berbuat dan merespon sesuatu. Perbedaan tersebut membuat masing-masing menjadi jelas dan sepertinya tidak akan mungkin bisa bersandar pada dunia yang sama dan cara berpikir yang sama. Inilah kodrat manusia. Agar suami maupun istri tidak salah dalam menafsirkan cara berpikir diri maupun pasangan, ada baiknya mengetahui bagaimana perbedaan ini terjadi. Dengan mengetahui dasar-dasar perbedaan ini, diharapkan tidak ada lagi rasa saling curiga.
Sesuai dengan posisinya, seorang suami yang selain sebagai pasangan hidup istri ia juga sebagai kepala dan penopang kebutuhan hidup cenderung memiliki pola pikir yang lebih fokus. Cara berpikir lelaki terkonsentrasi pada kebutuhannya saja sebagaimana posisinya. Baginya, yang lebih penting memenuhi kebutuhannya, sehingga bila hal ini bernilai positif akan terpenuhi kebutuhan istri dan keluarganya. Sebaliknya pada wanita, akan lebih mudah memperhatikan sekelilingnya melebihi perhatian pada dirinya sendiri. Ia akan mudah mengorbankan dirinya tanpa merasakannya. Sehingga bila hal ini bernilai positif akan mulialah suami dan anak-anaknya.
Perbedaan cara berpikir ini yang mendasari sikap yang berbeda. Dan apabila masing-masing pihak memaksakan cara berpikirnya hanya untuk upaya mendasarnya semata, tentu saja fatal akibatnya. Timbullah rasa frustrasi, ketegangan yang diwarnai pertengkaran, kebencian yang dapat menimbulkan keretakan dalam rumah tangga. Suami akan menuduh istri tidak tahu budi, istri akan menuduh suami egois dan semisalnya.
BERKONSEKUENSI CARA BERPIKIR YANG BEDA
Jadi memang cara berpikir suami dan istri beda. Para lelaki akan sulit sekali mengubah pikirannya dalam waktu sekejab. Jika seorang lelaki dalam konsentrasi penuh melakukan suatu, akan sulit baginya untuk membagi konsentrasi pada hal lainnya. Hal ini harus dipahami oleh istri, bahwa tabiat dasar laki-laki tidak bisa berkonsentrasi dengan dua macam perbuatan sekaligus. Karena bila istri tidak memahaminya, bisa jadi ia beranggapan suaminya tidak mau lagi mempedulikannya, tidak lagi mencintainya atau anggapan dan tuduhan lainnya.
Misalnya, seorang suami sedang asyik membaca. Si istri datang dengan maksud ingin menciptakan suasana hangat. Namun yang terjadi pada benak suami adalah si istri dinilai telah mengganggu konsentrasinya. Hal yang umum terjadi adalah, suami dan istri sama-sama menjadi jengkel karena tak terpenuhi keinginannya.
Hal yang harus dilakukan istri adalah, tanyakan pada suami apakah dia ingin berbincang-bincang? Jika suami menyanggupi tapi dia tidak melepaskan matanya dari bacaannya, lebih baik tak usah dilanjutkan lagi perbincangan, karena sudah pasti suami tak akan dapat berkonsentrasi dengan dua macam perbuatan. Lebih baik, cari lagi waktu luang lainnya.
Tentang interaksi dengan dunia luar, bagi lelaki adalah sebuah pergulatan yang membutuhkan energi besar dan keharusan untuk memenangkannya. Ia harus selalu menjadi orang yang berada di urutan teratas dalam pergulatan dengan dunia luar. Tentang hal ini ia berpikir secara memusat dan akan mengaitkan satu hal dengan hal lainnya, kemudian secara bertahap membentuk sebuah gambaran yang dapat ia mengerti lebih luas. Sedangkan kaum wanita interaksinya penuh dengan kasih sayang, dunia penuh cinta, dan hubungan sosial emosional. Ia berpikir langsung secara meluas, di mana pada tahap awal ia akan mencoba menjelajahi segala aspek yang terkait dengan objek kemudian mengaitkan bagian-bagian tersebut.
Contohnya saat berbelanja. Bagi lelaki yang cara berpikirnya terkonsentrasi langsung membeli barang yang dibutuhkannya dan mengabaikan lainnya. Berbeda dengan perempuan yang bersifat ekspansif (cenderung meluas). Perempuan membutuhkan waktu menjelajah sambil menyebarkan sifat penyayangnya. Tentu hal yang melelahkan bagi lelaki bila ia dipaksa harus melakukan hal yang sama seperti kaum perempuan.
BERKONSEKUENSI BEDA CARA MENCARI SOLUSI
Perbedaan yang demikian juga berakibat bedanya cara berpikir dalam menyelesaikan masalah. Bagi lelaki, berpikir adalah diam namun bagi perempuan berpikir sambil berbicara agar mendapatkan kejernihan dalam berpikir. Memang berlawanan.
Tabiat pokok para lelaki adalah perhatian pada sesuatu yang di luar. Sehingga ketika ia mengalami kesukaran maka ia akan menarik diri dan mulai berpikir secara diam. Ia berusaha memecahkan permasalahan yang dialami. Demikianlah cara lelaki bersikap agar terlepas dari kesukaran dan kelelahan.
Di antara naluri khas lelaki, bila ia konsentrasi untuk membahagiakan istri, ketika itu semua pikiran dan usahanya terpusat untuk mewujudkannya. Bila ia merasa si istri telah bahagia, ia akan berusaha mengubah pikirannya untuk konsentrasi pada hal baru, seperti masalah pekerjaan. Sehingga otaknya sibuk, pemikirannya tertumpah pada hal tersebut, sehingga masalah baru ini menjadi sangat menyibukkannya, seakan-akan ia telah mengabaikan istrinya yang ia cintai.
CONTOH STUDI KASUS
- Memilih berobat.
Di saat anak Anda sakit, masalah muncul ketika pendapat Anda mengenai berobatnya atau memilih dokter anak berbeda dengan pasangan. Alih-alih menolong anak yang sakit, Anda dan pasangan malah jadi beradu argumen.
Seorang istri, ibu anak Anda, umumnya memang akan lebih emosional jika melihat buah hatinya dalam keadaan sakit. Reaksi emosional seperti ini harus bisa dipahami oleh suami. Keinginan istri untuk bisa tahu secara detail mengenai penyakit anaknya pun dilandasi oleh kekhawatiran bila penyakit anaknya ternyata tidak sesederhana gejala yang terlihat. Bila suami paham hal ini, ia tidak akan keberatan untuk mencoba memilih dokter yang memang bisa memuaskan keingintahuan si istri dan sangat berpengalaman. Tidak ada salahnya mencoba mencari alternatif dokter berdasarkan referensi dari teman, saudara atau informasi lain yang memang sesuai dengan keluhan anak.
2. Pendidikan anak-anak.
Walaupun batita Anda belum saatnya sekolah, namun soal pendidikan si kecil kelak pastinya jauh hari sudah dibicarakan. Ke mana si kecil akan disekolahkan? Ke sekolah umum atau ke pesantren? Kriteria sekolah yang baik menurut Anda dan pasangan sangat mungkin berbeda.
Yang harus Anda berdua perhatikan, sebagai orang tua muslim yang baik, bahwa ada banyak pertimbangan yang harus dipikirkan untuk pendidikan anak. Dasar paling utama adalah kesejahteraan anak itu. Baik kesejahteraan jiwa, terlebih kesejahteraan imannya. Artinya, pesantren maupun sekolah yang dipilih harus membuat anak merasa bahagia di atas iman, nyaman menelusuri jalan iman dan tidak menjadikannya beban hidup yang berlebihan. Jika anak masih duduk di bangku pendidikan dasar maka orang tualah yang memutuskan dengan dasar pertimbangan di atas.
Cobalah pahami kemampuan dan potensi yang dimiliki anak sebagai salah satu landasan pemilihan pondok pesantren atau sekolah. Libatkan juga si kecil, dengarkan dan pertimbangkan apa yang ia inginkan.
Allahul muwaffiq.