Oleh: Abu Ilyas Zaenal Musthofa
اَللَّهُمَّ آتِ نَفْسِيْ تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا
“Ya Allah, limpahkanlah pada jiwaku ketakwaan dan sucikanlah ia karena Engkau adalah sebaik-baik yang menyucikannya, Engkau adalah pelindung dan penolong-Nya.” (HR. Muslim no. 2722)
Makna Kalimat:[1]
- Sabda belia آتِ نَفْسِيْ تَقْوَاهَا maksudnya adalah menjaganya dari semua perbuatan yang terlarang atau dengan kata lain menjaganya dari mengikuti hawa nafsu dan melakukan perbuatan dosa dan keji.
- Sabda beliau وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا maksudnya adalah sucikanlah jiwaku dari sifat atau perangai yang tidak Engkau ridhai karena tidak ada yang bisa menyucikannya selain Engkau.
- Sabda beliau أَنْتَ وَلِيُّهَا artinya Engkau adalah penolongnya, maksudnya tolonglah jiwaku untuk mengerjakan berbagai amal ketaatan agar mendapatkan ridha-Mu.
- Sabda beliau وَمَوْلَاهَا maksudnya adalah sucikanlah jiwaku dengan didikan dan bimbingan-Mu sebagaimana seorang majikan yang mendidik dan membimbing budaknya.
Faedah:
- Hadits ini bersumber dari sahabat yang mulia, Zaid bin Arqam bin Qais bin an-Nu’man. Beliau ikut perang bersama Rasulullah sebanyak 17 kali. Beliau juga sempat menjumpai perang Shiffin. Beliau wafat di kota Kufah pada tahun 66 H, ada yang berkata pada tahun 68 H. Semoga Allah meridhai beliau dan mempertemukan kita dengannya di surga-Nya yang kekal dan abadi.[2]
- Menyucikan jiwa atau yang sering kita kenal dengan istilah tazkiyatun nafs artinya menyucikan atau membersihkan jiwa dari berbagai sebab yang bisa mengotori, membuat sakit atau bahkah mematikan jiwa seorang hamba. Jiwa yang suci bisa diraih dengan cara menjauhi berbagai kemaksiatan (baik lahir maupun batin) karena kemaksiatan itu merupakan noda hitam yang bisa mengotori, membuat sakit atau bahkan mematikan jiwa.[3] Dan dengan mengerjakan perintah Allah dan Rasul-Nya akan membuat jiwa manusia menjadi bersih dan sehat karena salah satu tujuan diutusnya Rasulullah untuk menyucikan jiwa manusia yang sebelumnya penuh dengan noda dan penyakit.[4]
- Allah telah menunjukkan kepada manusia dua jalan, kejahatan dan ketakwaan. Sungguh sangat beruntung orang yang menyucikan jiwanya dan sungguh sangat merugi orang yang mengotori jiwanya.[5] Oleh karena itu kita dianjurkan untuk meminta bimbingan dan petunjuk kepada Allah serta menganugerahi kita sifat istiqamah di atas ketaatan kepada-Nya.
- Kita yang sudah berjalan di atas jalan ketaatan kepada Allah hendaknya bersyukur karena itu merupakan anugerah Allah semata bukan atas kehendak kita pribadi.[6] Oleh karena itu tidaklah pantas apabila kita membanggakan amal kebaikan kita dan meremehkan amal ibadah orang lain karena hanya Allah-lah yang mengetahui siapa yang paling bertakwa di antara hamba-Nya.[7] Allahu a’lam.
[1] Mirqatul Mafatih 5/369.
[2] Al-Ishabah 2/589.
[3] QS. al-Muthaffifin: 14
[4] QS. al-Jumu’ah: 2
[5] Asy-Syams: 8-10
[6] An-Nur: 21
[7] An-Najm: 32