Oleh: Abu Ilyas Zaenal Musthofa
أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ مِنْ غَضَبِهِ وَ عِقَابِهِ وَ شَرِّ عِبَادِهِ وَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِيْنِ وَ أَنْ يَحْضُرُوْنِ
“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang maha paripurna dari kemarahan dan siksanya serta kejahatan hamba-hamba-Nya, juga dari bisikan-bisikan setan dan mereka datang kepadaku.” (Berkata Syaikh al-Albani, “Hadits ini Hasan.” Shahih Jami’ ash-Shaghir hadits: 701)
Makna kalimat:
- Sabda beliau بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ maksudnya, adalah semua ilmu-Nya atau firman-Nya dalam berbagai kitab-Nya, termasuk di dalam al-Qur’an. Demikian juga termasuk kalimat Allah ta’ala adalah nama-nama Allah yang indah dan mulia. Dan kalimat tersebut bersifat sempurna, karena tidak ada kekurangan atau aib padanya meski ditinjau dari berbagai segi. Ada pula yang mengatakan, bahwa kalimat-Nya bermanfaat bagi setiap orang yang berlindung dengannya.[1]
- Sabda beliau مِنْ غَضَبِهِ maksudnya, adalah dari kemarahan atau murka Allah. Marah atau murka termasuk sifat Allah berdasarkan al-Qur’an, hadits, dan ijma’ ulama salaf. Karena itu kita harus menyifati Allah dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya, tanpa takyif (membagaimanakan hakikatnya), tasybih (menyerupakan dengan makhluk), tamtsil (memisalkan) ta’thil (menghapus atau meniadakan sifat tersebut dari-Nya karena menganggap serupa dengan makhluk). Kesimpulannya, marah atau murka adalah salah satu sifat fi’liyyah (perbuatan) Allah. Apabila Dia berkehendak, Dia akan marah kepada siapa saja yang dikehendaki. Marah-Nya tak bisa diserupakan dengan satu pun makhluk-Nya.[2]
- Sabda beliau مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِيْنِ maksudnya, adalah dari bisikan setan. Para setan akan membujuk manusia agar melakukan berbagai maksiat. Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa setan itu terdiri dari golongan jin dan manusia. Mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk menggelincirkan orang yang beriman dari berbagai arah dan kesempatan. Semoga kita terhindar dari godaan setan yang terkutuk.
Faedah:
- Hadits yang bersumber dari sahabat Abdullah bin ‘Amru bin ‘Ash ini menunjukkan kepada kita akan disunnahkannya membaca doa ini tatkala merasa takut atau kesepian sewaktu tidur.
- Doa perlindungan ini atau semisalnya merupakan bukti akan lemahnya kita di hadapan Allah. Karena itu kita disyariatkan agar senantiasa berlindung kepada Allah di setiap kesempatan, baik di dalam maupun di luar rumah.
- Lafazh doa di atas dan yang semisalnya (أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّةِ ) sebagai bukti nyata bahwa al-Qur’an bukanlah makhluk, karena tidak mungkin Rasulullah mengajari kita berbuat syirik dengan berlindung kepada makhluk Allah. Selain itu tidak ada perkataan setiap orang kecuali terdapat kekurangan atau aib dari berbagai sisi. Abu Dawud juga berdalil dengan doa seperti di atas, bahwa al-Qur’an bukan makhluk. Demikian juga Imam Ahmad bin Hanbal menjelaskan bahwa doa semisal ini sebagai bukti nyata, al-Qur’an itu bukan makhluk.[3]
[1] Syarah Sunan Ibnu Majah 1/252
[2] Syarah Hishnul Muslim (terjemahan) hal. 259, Syarah ‘Aqidah Ahlis Sunnah wal Jama’ah hal. 166.
[3] ‘Aunul Ma’bud 13/45.