Oleh: Abu Ilyas Zaenal Musthofa
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyuk, jiwa yang tidak merasa kenyang (puas) dan dari doa yang tidak dikabulkan.” (HR. Muslim no. 2722)
Makna Kalimat:[1]
- Sabda beliau مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ maksudnya; dari ilmu yang tidak aku amalkan atau ilmu yang tidak aku ajarkan kepada manusia. Ilmu yang tidak membuat baik akhlak, perkataan maupun perbuatanku. Ilmu yang tidak dibutuhkan manusia dalam beragama atau ilmu yang tidak diperkenankan secara syar’i untuk dipelajari, karena mungkin bisa mengarahkan pemiliknya pada kerusakan atau perbuatan buruk, atau bisa mendatangkan kejelekan pada pemiliknya atau bahkan pada orang lain, seperti ilmu sihir, ilmu nujum dan selainnya. Semuanya itu akan membawa madharat, minimalnya ia mempelajari sesuatu yang tidak bermanfaat dan menyia-nyiakan umurnya, padahal umur merupakan harta yang paling istimewa bagi seorang hamba.
- Sabda beliau مِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ maksudnya; aku berlindung dari hati yang tidak tenang dan tenteram tatkala digunakan untuk berdzikir.
- Sabda beliau وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ maksudnya; aku berlindung dari jiwa yang tamak, rakus, ambisi dan senantiasa tergantung terhadap urusan dunia (jiwanya tidak pernah qana’ah; merasa puas dan menerima apa adanya terhadap pemberian Allah). Ia senantiasa mengumpulkan dan menghitung-hitung harta benda sebanyak-banyaknya serta enggan untuk diinfakkan di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
- Sabda beliau وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا maksudnya; aku berlindung dari doa yang tidak dikabulkan oleh Allah, karena doa yang tidak diijabahi itu menunjukkan jelek dan buruknya orang tersebut.
Faedah:
- Rasulullah menggandengkan antara مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ dan مِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ merupakan isyarat bahwa ilmu yang bermanfaat itu akan membuat pemiliknya semakin khusyuk dan tawadhu’.[2]
- Berlindungnya Rasulullah dari 4 perkara ini merupakan salah satu bentuk pengagungan beliau kepada Allah. Selain itu, doa ini juga merupakan bentuk kasih sayang Rasulullah kepada umatnya sehingga beliau mengajarkannya kepada kita, karena di antara umatnya ada yang tertimpa 4 perkara Itu. Sedangkan beliau sendiri pasti terhindar dari 4 perkara yang buruk di atas, karena beliau bersifat ma’shum (terjaga).[3]
- Merangkai kalimat doa sehingga bersajak dengan rapi dan indah semisal doa di atas tidaklah terlarang jika hal itu karena kefasihan dan tingginya ilmu bahasa seseorang (spontanitas). Namun menjadi terlarang tatkala ia takalluf atau memaksakan diri, meskipun itu sangat berat baginya. Hal itu karena bisa membuatnya tidak khusyuk dalam berdoa lantaran ia otaknya senantiasa konsentrasi pada indahnya susunan lafazh, bukan pada apa yang ia minta.[4]
[1] Mirqatul Mafatih 5/370, Syarh Shahih Muslim 17/41, dan selainnya.
[2] At-Taisir bi Syarhi al-Jami’ ash-Shaghir 1/225.
[3] Hasyiyah as–Sindi ‘ala Sunan an-Nasa’i 8/255.
[4] Syarh Shahih Muslim 17/ 41.