Hitung Aibmu Sebelum Melihat Aib Orang Lain

Assalamu’alaikum….. Sobat TARJIM, kalian semua mungkin pernah mendengar peribahasa Indonesia yang cukup terkenal berikut, “Kuman di seberang laut tampak, gajah di pelupuk mata tak nampak.” Nah, peribahasa tersebut menggambarkan, bahwa ada orang yang tidak mengetahui kesalahan dan aib dirinya, walaupun itu sebesar gajah. Namun jika ia melihat orang lain membuat kesalahan sepele atau memiliki aib walaupun kecil, sangat jelas baginya. Intinya, ia lebih pintar mengoreksi orang lain daripada mengoreksi kesalahan dirinya sendiri.

Lalu, bagaimana sebenarnya hal itu menurut agama kita?

Rasulullah ﷺ melarang

Sobat, Rasulullah ﷺ pernah bersabda dalam sebuah hadits,

يُبْصِرُ أَحَدُكُمُ القَذَاةَ فِي عَيْنِ أَخيه , ويَنْسَى الجِذْعَ فِي عَينه!

“Seorang di antara kalian bisa (dengan jelas) melihat kotoran mata saudaranya, namun ia lupa pohon besar yang ada di matanya sendiri!” (HR. al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad no. 592, Ibnu Hibban dalam Shahih-nya no. 5761, dishahihkan oleh al-Albani)

Maka, seorang yang beruntung ialah yang selalu mengetahui aib-aib serta kesalahannya. Sehingga dengan itu ia akan bebas dari merasa sombong dan akan senantiasa memperbaiki kesalahan tersebut dengan melaksanakan amal shalih.

Sebaliknya, orang yang sangat rugi dan berada di tepi jurang kebinasaan ialah mereka yang tak pernah merasa memiliki aib atau kesalahan, namun pandai mengoreksi aib orang lain. Karena ia akan selalu melihat dirinya sempurna, sedang kesalahan hanya ada pada orang selainnya. Bahkan ketika melakukan kesalahan yang dapat menjerumuskannya ke dalam neraka, ia akan tetap melihat bahwa dirinya berada di atas kebenaran..!! Astaghfirullahal ‘azhim….

Bagaimana cara kita belajar mengetahui aib diri sendiri?

Untuk mengetahui aib diri sendiri, ternyata ada cara dan ilmunya, di antaranya:

  1. Mencari guru yang shalih dan senantiasa ibadah serta akhlaknya mengikuti petunjuk generasi salaf (para sahabat dan tabi’in). Mintalah nasihat dari para guru yang semisal itu untuk menunjukkan aib dan kesalahan diri kita supaya dapat diperbaiki. Namun jenis guru yang semisal ini sekarang sudah langka.
  2. Jika yang pertama terlalu sulit, maka carilah teman yang benar-benar shalih dan sayang terhadap diri kita. Maksudnya sayang ialah, dia akan senantiasa menguatkan kita ketika dalam ketaatan, juga tidak akan sungkan untuk meluruskan ketika kita berbuat salah.
  3. Perhatikan perkataan orang-orang yang benci kepada kita, jangan marah. Barangkali sifat yang mereka benci dari diri kita adalah benar. Jika seperti itu, maka perbaikilah.
  4. Bergaullah bersama manusia yang lain, dan pelajari apa yang membuat mereka senang serta yang menjadikan mereka terganggu. Setelah itu bandingkan dengan sifat kita.

Untuk orang tua dan pendidik:

  1. Selalu ingatkan anak untuk tidak pandai mengkritik perbuatan orang lain dan berikan contoh langsung. Dengan hal itu diharapkan akan lebih mengena.
  2. Berdoalah kepada Allah agar dimudahkan dalam membentuk generasi yang shalih dan shalihah. Amin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.