سُبْحَانَ اللهِ , اَلْحَمْدُ لِلهِ , اَللهُ أَكْبَرُ “Maha Suci Allah, Segala puji hanya milik Allah, Allah Mahabesar.” Bacaan tasbih, tahmid dan takbir tersebut bisa…

Ibu Madrasah Pertama dan Utama
Ibu Madrasah Pertama dan Utama
Oleh: Ust. Abu Ammar al-Ghoyami.
Islam memuliakan kaum wanita dengan berbagai syariatnya. Sejak datangnya Islam, kaum wanita, khususnya yang beriman, ibarat baru terbebas dari belenggu jahiliah yang menganiaya. Sebagai manusia, mereka tidak diberi hak kemanusiaan. Sebagai makhluk hidup, mereka tidak diberi hak hidup. Sebagai istri, mereka tidak diberi hak sebagai istri. Sebagai ibu pun tidak diberi hak sebagaimana mestinya. Kezaliman seperti ini terus membelenggu kaum wanita sehingga datanglah Islam dengan syariatnya yang memuliakan mereka.
Pemuliaan Islam terhadap kaum wanita
Islam datang dan memuliakan kaum wanita. Islam mengukuhkan hak kemanusiaan mereka setelah selama peradaban jahiliah mereka tidak mendapatkannya. Allah ta’ala berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha mengenal. (QS. al-Hujurat: 13)
Islam datang memuliakan wanita dengan memberinya hak hidup setelah selama peradaban jahiliah mereka tidak diberi hak hidup. Di masa jahiliah, kelahiran seorang bayi wanita merupakan kehinaan bagi ayah dan keluarga. Tidak ada jalan keluar dari kehinaan tersebut melainkan dengan membunuhnya sebelum lama hidup. Jika tidak, maka ayahnya atau keluarganya harus rela dihinakan oleh kaumnya sepanjang masanya. Maka Islam datang untuk memberikan hak hidup bagi wanita dengan mengharamkan membunuh anak-anak wanita. Allah ta’ala mengecam dan mengharamkan perbuatan jelek mereka di dalam firman-Nya:
وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَىٰ ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ- يَتَوَارَىٰ مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ ۚ أَيُمْسِكُهُ عَلَىٰ هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ ۗ أَلَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ
Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. (QS. an-Nahl: 58-59)
Islam datang dan memuliakan kaum wanita dengan memberikan hak-hak mereka sebagai istri. Sebagai istri, Islam memberikan hak mereka dengan diharamkannya kaum laki-laki poligami lebih dari empat istri. Sebagaimana tertelantarkannya kebanyakan istri di masa jahiliah sebab suami poligami tanpa batas. Islam datang untuk mewajibkan para suami berbuat adil terhadap seluruh istrinya. Islam datang untuk mewajibkan suami berlaku baik dalam mempergauli seluruh istrinya, baik pergaulan berupa memenuhi hajat makan minum serta pakaian, hajat biologis, bahkan pergaulan dalam bercakap-cakap maupun bersikap dan berbuat. Allah ta’ala berfirman:
وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ ۚ
Dan pergaulilah mereka (para istri) dengan cara yang baik. (QS. an-Nisa’: 19)
Islam datang untuk memberikan hak wanita sebagai ibu yang harus dihormati dan diberikan bakti. Setelah selama masa jahiliah ibu tidak berhak atas bakti anaknya, sebab ibunya disamakan dengan harta benda ayahnya yang juga akan diwarisi jika ayahnya mati. Bahkan Islam datang juga untuk menetapkan hak para ibu dan istri atas harta warisan kerabatnya. Selain itu Islam memberikan hak bagi kaum ibu sebagai manusia yang mampu mengemban amanah dan tanggung jawab. Sehingga Islam memberikan kemuliaan bagi mereka sebagai penanggung jawab urusan kerumahtanggaan keluarganya serta urusan mendidik anak-anak suaminya. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالأَمِيرُ رَاعٍ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian itu penanggung jawab urusan dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang amir adalah penanggung jawab. Seorang suami pun penanggung jawab terhadap keluarga di ramahnya. Seorang istri juga penanggung jawab terhadap kerumahtanggaan di rumah suaminya dan penanggung jawab terhadap anak-anak suaminya. Maka setiap kalian adalah seorang penanggung jawab dan akan dimintai pertanggungjawaban urusannya.” (HR. al-Bukhari: 5200)
Tugas pokok wanita yang mulia
Sungguh Islam telah memuliakan kaum wanita dengan diberikan tugas pokok yang begitu mulia di rumahnya, yaitu sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pendidik bagi anak-anak suaminya.
Rumah tangga merupakan unsur pembangun masyarakat. Ibarat sebuah batu bata di dalam bangunan rumah yang megah nan indah, tidak akan muncul kemegahannya serta keindahannya jika salah satu sisi bangunannya ada yang rusak sebab batu batanya pecah atau terlepas dari tembok. Demikian juga sebuah bangsa, tidak akan kokoh dan baik jika terdapat salah satu rumah tangga yang rusak. Dari sini kita tahu bagaimana peran wanita sebagai ibu rumah tangga yang begitu penting dan sangat berarti. Ibu rumah tangga pembangun masyarakat dan bangsa yang besar serta memiliki peradaban yang baik lagi mulia.
Di samping itu Islam memuliakan kaum wanita sebagai ibu bagi anak-anak suaminya untuk mendidik mereka dengan didikan Islam yang baik di rumah suaminya. Siapa yang mau tahu bahwa sejumlah ulama umat yang terkemuka adalah hasil dari didikan para ibu shalihah di masa kecil mereka?
Siapa yang mau tahu bahwa para pahlawan mujahidin dari generasi awal umat ini sampai generasi akhirnya memiliki kekuatan iman, tauhid, tidak takut lawan, pemberani membela kebenaran dan membela Islam adalah hasil mujahadah para ibu mereka di dalam mendidik mereka di rumah-rumah mereka?
Siapa yang mau tahu bahwa sejumlah pemimpin umat ini yang terkemuka sejak generasi awal umat ini yaitu para Amirul Mukminin lalu para khalifah sesudahnya adalah hasil didikan para ibu mereka?
Siapa yang mau tahu bahwa dibalik laki-laki yang sukses ada seorang wanita yang telah mengerahkan kesungguhannya ialah ibunya?
Benarlah seorang penyair Arab yang berkata:
Ibu itu adalah madrasah yang jika kau menyiapkannya (dengan baik)
Berarti kau telah menyiapkan (munculnya) bangsa yang baik peradabannya.
Maka sadarilah, bahwa tugas dan peran wanita, yaitu seorang ibu, di rumahnya begitu penting jika ia mau menunaikan tugasnya mendidik anak-anak suaminya dengan didikan Islam yang baik dan benar. Didikan shalih yang didasari iman dan takwa serta akhlak yang mulia di atasnya. Ada kemauan dan semangat kuat, didukung berbagai upaya nyata, diwarnai dengan keteladanan para as-Salaf ash-Shalih yang terdahulu. Dengan izin Allah, wanita sebagai ibu ini benar-benar telah berbuat sesuatu yang paling mulia di antara aktivitas kaum wanita yang umumnya hanya termotivasi oleh upah dan materi belaka.
Wallahul Muwaffiq.