سُبْحَانَ اللهِ , اَلْحَمْدُ لِلهِ , اَللهُ أَكْبَرُ “Maha Suci Allah, Segala puji hanya milik Allah, Allah Mahabesar.” Bacaan tasbih, tahmid dan takbir tersebut bisa…
Menyemarakkan Rumah dengan Bacaan Al-Quran
Oleh: Ust. Abdulloh Taslim al-Buthoni, M.A.
Adakah kebutuhan manusia yang melebihi kebutuhan makan dan minum? Jawabnya, ada. Yaitu kebutuhan manusia terhadap petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala (al-Qur’an) untuk membaca, memahami dan mengamalkan kandungannya. Al-Qur’an adalah pedoman hidup untuk kebahagiaan manusia dunia dan akhirat, petunjuk kepada jalan yang lurus, obat bagi penyakit hati, penyubur keimanan dan fungsi-fungsi kebaikan lain yang dibutuhkan oleh manusia untuk kebahagiaan hidup mereka, dan ini jelas lebih dari fungsi makanan dan minuman bagi manusia. Coba renungkan makna firman-firman Allah Subhanahu wa Ta’ala berikut:
Dan Kami turunkan di dalam al-Qur’an suatu yang menjadi obat (penyakit manusia) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS. al-Isra’: 82)
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan (membaca) petunjuk Allah (al-Qur’an). Ingatlah, hanya dengan (membaca) petunjuk Allah (al-Qur’an) hati menjadi tenteram. (QS. ar-Ra’du: 28)
Artinya: dengan membaca dan merenungkan al-Qur’an, segala kegalauan dan kegundahan dalam hati mereka akan hilang dan berganti dengan kegembiraan serta kesenangan.[1] Bahkan tiada sesuatu pun yang lebih besar mendatangkan ketenteraman dan kebahagiaan bagi hati manusia melebihi bacaan al-Qur’an.[2]
Dalam ayat lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku (wahai manusia), lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. (QS. Thaha: 123)
Ibnu Abbas Radhiallahu ‘anhu berkata, “Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan jaminan bagi orang yang membaca al-Qur’an dan mengamalkan kandungannya, bahwa dia tidak akan tersesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat (kelak).”[3]
Oleh karena itu, ketika menggambarkan besarnya kebutuhan manusia terhadap petunjuk Allah dalam al-Qur’an, yang ini melebihi kebutuhan mereka terhadap makan dan minum, Imam Ahmad bin Hanbal berkata, “Manusia butuh kepada ilmu (petunjuk Allah dalam al-Qur’an) melebihi kebutuhan mereka kepada makan dan minum, karena makan dan minum dibutuhkan (oleh manusia) dalam sehari sekali atau dua kali, sedangkan ilmu (petunjuk Allah dalam al-Qur’an) dibutuhkan sesuai dengan hitungan (tarikan) napas (dibutuhkan setiap saat).”[4]
Manfaat tilawah al-Qur’an bagi rumah
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi was salam bersabda, “Perumpamaan rumah yang disebut nama Allah[5] di dalamnya dan rumah yang tidak disebut nama Allah di dalamnya adalah seperti perumpaan orang yang hidup dan orang yang mati.”
Imam an-Nawawi berkata, “Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk (banyak) berzikir kepada Allah (termasuk membaca al-Qur’an dan dzikir-dzikir lainnya) di rumah dan hendaknya rumah jangan dikosongkan dari berdzikir (kepada-Nya).”[6]
Hadits yang mulia di atas menunjukkan bahwa rumah yang selalu disemarakkan dengan bacaan al-Qur’an dan dzikir akan selalu hidup dan bercahaya, serta menjadi motivasi bagi para penghuninya untuk giat melakukan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.[7] Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan fungsi diturunkannya al-Qur’an kepada manusia, yaitu sebagai pemberi kehidupan bagi hati manusia dan sumber cahaya yang menerangi hidupnya. Allah berfirman:
Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu ruh (al-Qur’an) dari perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah al-Kitab (al-Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan al-Qur’an itu sebagai cahaya, yang Kami tunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. (QS. asy-Syura: 52)
Ketika menafsirkan ayat ini, Syaikh as-Sa’di berkata, “Inilah (fungsi) al-Qur’an yang mulia, Allah menyebutnya sebagai ruh karena ruh yang menjadikan tubuh manusia hidup. (Demikian) pula al-Qur’an yang menjadikan hati dan jiwa manusia hidup, sehingga hiduplah (terwujudlah) dengan al-Qur’an semua kebaikan (dalam urusan) dunia dan agama, karena di dalamnya banyak kebaikan dan ilmu yang luas.”[8]
Mengusir setan dari rumah
Di antara manfaat besar bacaan al-Qur’an di rumah adalah untuk mengusir setan, musuh utama yang selalu mengajak manusia berbuat buruk. (QS. Fathir: 6)
Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi was salam bersabda, “Janganlah kamu menjadikan rumahmu (seperti) kuburan (dengan tidak pernah mengerjakan shalat dan membaca al-Qur’an di dalamnya), sesungguhnya setan akan lari dari rumah yang dibaca di dalamnya surat al-Baqarah.”[9]
Dalam lafazh riwayat at-Tirmidzi, “….sesungguhnya setan tidak akan masuk ke rumah yang dibaca di dalamnya surat al-Baqarah.”[10]
Manfaat ini tentu sangat besar, karena bagaimana mungkin akan terwujud kebaikan dan kebahagiaan dalam rumah yang dipenuhi setan, sebagai akibat tidak disemarakkan bacaan al-Qur’an di dalamnya?! Padahal sifat setan ialah selalu menyuruh kita berbuat jahat dan keji, dan mengatakan tentang Allah apa yang tidak kita ketahui. (QS. al-Baqarah: 169)
Imam al-Munawi menjelaskan, bahwa termasuk makna hadits di atas, bahwa setan berputus asa dari upaya menyesatkan para penghuni rumah yang dibaca di dalamnya surat al-Baqarah, karena dia melihat kesungguhan dan semangat mereka dalam melakukan ibadah dan ketaatan kepada Allah.[11]
Karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi was salam mengajarkan petunjuk kebaikan kepada umatnya yang berkenaan dengan rumah, selain membaca surat al-Baqarah, untuk mengusir setan darinya, karena keburukan yang timbul dari godaannya. Misalnya dzikir ketika masuk rumah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi was salam bersabda, “Jika seseorang masuk ke dalam rumahnya dan menyebut (nama) Allah ketika masuk dan ketika makan (maka pada waktu itu) setan berkata (kapada teman-temannya), ‘Tidak ada tempat menginap dan makanan bagi kalian.’ Tapi jika dia masuk (rumahnya) dan tidak menyebut (nama) Allah ketika masuk, maka setan berkata, ‘Kalian mendapat tempat menginap.’ Dan jika dia tidak menyebut (nama) Allah ketika makan maka setan berkata, ‘Kalian mendapat tempat menginap dan makanan.’[12]
Pemimpin keluarga memotivasi keluarganya untuk gemar membaca al-Qur’an
Seorang pemimpin keluarga wajib mengajak anggota keluarganya mengerjakan kebaikan dan ketaatan kepada Allah, terutama ketika mereka di rumah, termasuk yang paling utama adalah memotivasi mereka untuk gemar dan tekun membaca al-Qur’an di rumah. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan kewajiban ini dalam firman-Nya:
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. (QS. at-Tahrim: 6)
Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘anhu ketika menafsirkan ayat di atas, berkata, “(Maknanya), ajarkanlah kebaikan untuk dirimu dan keluargamu.”[13]
Syaikh as-Sa’di berkata, “Memelihara diri (dari api neraka) adalah dengan mewajibkan bagi diri sendiri untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, serta bertaubat dari semua perbuatan yang menyebabkan kemurkaan dan siksa-Nya. Adapun memelihara istri dan anak-anak (dari api neraka), adalah dengan mendidik dan mengajarkan kepada mereka (syariat Islam), serta memaksa mereka untuk (melaksanakan) perintah Allah. Maka seorang hamba tidak akan selamat (dari siksaan neraka) kecuali jika dia (benar-benar) melaksanakan perintah Allah (dalam ayat ini) pada dirinya sendiri dan pada orang-orang di bawah kekuasaan dan tanggung jawabnya.”[14]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi was salam juga pernah bersabda kepada Malik bin al-Huwairits Radhiallahu ‘anhu dan kaumnya saat mengunjungi Rasulullah selama dua puluh hari untuk mempelajari al-Qur’an dan sunnah beliau, “Pulanglah kepada keluargamu, tinggallah bersama mereka dan ajarkanlah (petunjuk Allah/al-Qur’an) kepada mereka.”[15]
Sebagian ulama salaf ada yang mempraktikkan ini dengan mentalqinkan al-Qur’an (mendikte orang lain dengan membacakan al-Qur’an secara langsung agar diikuti) kepada anaknya dari ayat pertama sampai terakhir, sebagaimana yang dilakukan oleh Imam Ahmad bin Hanbal. Putra beliau yang bernama Abdullah berkata, “Bapakku (Imam Ahmad) telah mentalqinkan al-Qur’an seluruhnya kepadaku dengan keinginan beliau sendiri.”[16]
Cara praktis mengajak kelurga agar semangat membaca dan menghafal al-Qur’an
- Menjelaskan keutamaan membaca dan menghafal al-Qur’an yang disebutkan dalam hadits-hadits yang shahih, karena sebaik-baik nasihat untuk memotivasi adalah nasihat dari al-Qur’an dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi was salam. Misal, sabda Rasulullah, “Orang yang paling baik (di sisi Allah) di antara kamu adalah orang yang mempelajari dan mengajarkan al-Qur’an.”[17] Dan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi was salam, “(Pada hari kiamat nanti) dikatakan kepada orang yang tekun membaca al-Qur’an (sewaktu di dunia), ‘Bacalah (al-Qur’an), naiklah (ke tingkatan surga yang lebih tinggi), dan bacalah dengan perlahan-lahan sebagaimana (dulu) kamu membacanya di dunia, karena sesungguhnya kedudukan/tempatmu (di surga nanti) sesuai dengan ayat terakhir yang engkau baca (sewaktu di dunia).’”[18] Dan masih banyak yang lainnya.
- Mentalqin/menuntun mereka secara langsung dengan membacakan ayat al-Qur’an kemudian mereka mengikutinya, sebagaimana yang dilakukan oleh Imam Ahmad. Cara ini sangat mudah dan disukai, terutama oleh anak-anak.
- Memotivasi dengan memberi hadiah bagi anggota keluarga yang rajin membaca atau menghafal al-Qur’an. Ini diperbolehkan[19] dan dilakukan oleh sebagian ulama salaf terhadap anak-anak mereka. Imam al-Khathib al-Bagdadi menukil ucapan seorang ulama salaf dari generasi atba’ut tabi’in, Ibrahim bin Adham, beliau berkata, “Bapakku berkata kepadaku, ‘Nak, tuntutlah (ilmu) hadits, setiap kali kamu mendengar sebuah hadits dan menghafalnya maka untukmu (uang) satu dirham.’ Aku pun menuntut (ilmu) hadits karena motivasi tersebut.”[20]
- Mengadakan perlombaan di antara anggota keluarga untuk membaca/menghafal surat-surat tertentu dalam al-Qur’an dan memberi hadiah kepada anggota yang bacaan dan hafalannya benar.[21]
Penutup
Termasuk sebab penting yang harus dilakukan pemimpin keluarga untuk menyemarakkan bacaan al-Qur’an di rumah, setelah banyak berdoa memohon taufik kepada Allah, adalah menjauhkan rumah dari perbuatan maksiat dan mungkar yang akan menjadikan Malaikat rahmat menjauh, sehingga setanlah yang akan meramaikannya. Misalnya, nyanyian dan alat musik, yang keduanya diharamkan dalam Islam,[22] bahkan dalam hadits yang shahih[23] Rasulullah membenarkan penamaan nyanyian dan alat musik sebagai “seruling setan”.[24]
Demikian pula gambar atau patung makhluk yang bernyawa, karena Malaikat rahmat tak akan mau masuk.[25] Juga perbuatan tidak menyebut nama Allah ketika masuk rumah dan makan.[26]
Demikianlah, semoga tulisan ini bermanfaat untuk kebaikan keluarga muslim di dunia dan akhirat.
[1] Taisirul Karimir Rahman (hal. 417).
[2] Ibid.
[3] Dinukil oleh Imam al-Qurthubi dalam tafsir beliau (11/228).
[4] Miftahu Daris Sa’adah (1/61).
[5] Yaitu membaca al-Qur’an dan dzikir-dzikir yang dicontohkan oleh Rasulullah.
[6] Syarh Shahih Muslim (6/68).
[7] Faidhul Qadir (5/506).
[8] Taisirul Karimir Rahman (hal. 762).
[9] HSR. Muslim (no. 780).
[10] HR. at-Tirmidzi (5/157), dinyatakan shahih oleh Imam at-Tirmidzi dan Syaikh al-Albani.
[11] Faidhul Qadir (2/46).
[12] HSR. Muslim (no. 2018).
[13] Diriwayatkan oleh al-Hakim dalam “al-Mustadrak” (2/535), dishahihkan oleh Imam al-Hakim sendiri dan disepakati oleh Imam adz-Dzahabi.
[14]Taisirul Karimir Rahman (hal. 640).
[15] HSR. al-Bukhari (no. 602).
[16] Dinukil oleh Imam Ibnul Jauzi dalam kitab Manaqibul Imam Ahmad (hal. 496).
[17] HSR al-Bukhari (no. 4739).
[18] HR Abu Dawud (no. 1464), at-Tirmidzi (5/177) dan Ibnu Hibban (no. 766), dinyatakan shahih oleh Imam at-Tirmidzi, Imam Ibnu Hibban dan Syaikh al-Albani.
[19] Nida’un ilal Murabbiyyin wal Murabbiyyat (hal. 67).
[20] Syarafu Ashhabil Hadits (hal. 66).
[21] Nida’un ilal Murabbiyyin wal Murabbiyyat (hal. 67).
[22] HSR. al-Bukhari (no. 5268).
[23] HSR. al-Bukhari (no. 3716) dan Muslim (no. 892).
[24] Keterangan Ibnul Qayyim dalam Igatsatul Lahfan (1/256-257).
[25] HSR. al-Bukhari (no. 5613) dan Muslim (no. 2106).
[26] HSR. Muslim (no. 2018).