Oleh: Abu Ilyas Zaenal Musthofa
جَزَاكَ اللهُ خَيْرًا
“Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan.”[1]
Faedah:[2]
- Hadits ini bersumber dari sahabat Usamah bin Zaid Radhiallahu ‘anhu. Nama lengkap beliau adalah Usamah bin Zaid bin Haritsah bin Syarahil bin Ka’b bin Abdul ‘Uzza bin Zaid bin Imri’il Qais bin ‘Amir bin an-Nu’man bin ‘Amir bin Abdi Wadd bin ‘Auf bin Kinanah. Ibu beliau bernama Barakah al-Habasyiyyah yang biasa dipanggil Ummu Aiman, seorang budak milik Aminah, ibunda Rasulullah yang akhirnya menjadi ibu susu Rasulullah. Beliau pernah diutus oleh Rasulullah untuk memimpin pasukan perang setelah kematian ayahnya, Zaid bin Haritsah dalam perang Mu’tah, padahal umur beliau belum genap 20 tahun. Selain itu dalam pasukan tersebut ada Umar bin Khaththab dan para pembesar sahabat lainnya. Beliau meninggal pada masa pemerintahan Mu’awiyah, tahun 54H. Semoga Allah meridhainya. [3]
- Orang yang berbuat baik kepada seseorang (bukan dalam rangka membalas kebaikannya) merupakan tanda kebaikan dan kemuliaan Karena itu termasuk adab yang diajarkan Rasulullah adalah membalas orang yang telah berbuat baik kepada kita dengan kebaikan.
- Apabila kita tidak menjumpai sesuatu untuk membalas kebaikannya maka hendaklah berterima kasih dan mendoakannya. Dan sebaik-baik doa adalah apa yang diajarkan oleh Rasulullah, sebagaimana dalam hadits di atas. Hal ini dikarenakan yang akan membalas kebaikan tersebut adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan bila balasan itu datangnya dari Allah, maka hal itu pasti lebih baik dan lebih banyak, karena pemberian Allah tidak ter Selain itu, hal ini bisa diketahui dari lafazh خَيْرًا, karena lafazh ini bersifat umum yang mencakup kebaikan dunia dan akhirat.
- Membalas kebaikan sesama makhluk merupakan kebaikan dan sangat dianjurkan, padahal mereka sebenarnya hanyalah sebagai sebab dan perantara, bukan pemilik kebaikan yang hakiki. Pemberi kebaikan yang sesungguhnya adalah Allah Yang M Maka kewajiban seorang hamba adalah senantiasa bersyukur kepada-Nya. Karena Dialah yang telah memberi berbagai karunia dan kenikmatan yang tak terhingga. Allah menjanjikan tambahan nikmat bagi yang bersyukur kepada-Nya dan mengancam dengan adzab yang pedih bagi yang mengufurinya. Hal ini tergambar jelas dalam (QS. Ibrāhīm: 7)
- Dan di antara wujud syukur kita kepada Allah adalah berterima kasih kepada manusia, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi was salam:
لاَ يَشْكُرُ اللهَ مَنْ لاَ يَشْكُرُ النَّاسَ
“Tidak bersyukur kepada Allah orang yang tidak bersyukur kepada manusia.” (HR. Ahmad no.7926, ash-Shahihah no.416)
[1] HR. at-Tirmidzi: 2035 dan Ibnu Hibban: 3404 beliau berdua menshahihkan hadits ini, demikian juga al-Munawi.
[2] Banyak mengambil faedah dari Taudhihul Ahkam 7/130-131.
[3] Usdul Ghabah 1/40-41.